Wali Kota Malang Drs. H. Sutiaji hadir sekaligus menjadi narasumber dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Percepatan Air Minum dan Sanitasi di Jakarta (Foto: Pemkot Malang)
Jakarta, serayunusantara.com – Melansir dari laman Pemkot Malang, Wali Kota Malang Drs. H. Sutiaji hadir sekaligus menjadi narasumber dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Percepatan Air Minum dan Sanitasi di Jakarta, Selasa (12/9/2023). Kegiatan yang diprakarsai oleh Kementerian Kesehatan RI bersama United States Agency for International Development (USAID) Indonesia Urban Water, Sanitation and Hygiene (IUWASH) Tangguh ini menjadi penting untuk menjaring komitmen pemerintah daerah dalam menuntaskan Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) dan mencapai target air minum aman.
Wali Kota Malang menyampaikan bahwa Kota Malang menetapkan strategi untuk mencapai air minum aman. Pertama adalah dengan penetapan kebijakan dan komitmen bersama, melalui berbagai penetapan regulasi dan dokumen strategis serta program kolaborasi dan kemitraan dengan berbagai pihak. Pemkot Malang juga menyediakan anggaran khusus untuk pengelolaan air minum aman. “Rata-rata alokasi anggaran untuk air minum pada tahun tahun 2020 hingga 2022 mencapai 0,77 persen dari total APBD,” ungkapnya.
Lebih lanjut disampaikannya, untuk menjaga kualitas air juga dilakukan monitoring Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) selama 24 jam penuh dengan menggunakan Sistem Scada. Pemantauan ini dilakukan mulai dari titik pengolahan air hingga air tersebut tersalurkan dan diterima pelanggan.
Pengawasan dan evaluasi yang berkesinambungan juga terus dilakukan untuk memastikan kualitas air dengan melakukan pengambilan sampel rutin sesuai pedoman Kemenkes RI melalui Laboratorium Perumda Tugu Tirta. Pengawasan dan evaluasi ini juga melibatkan berbagai pihak seperti Dinas Kesehatan, auditor internal Perumda Tugu Tirta sebagai perusahaan daerah penyedia air minum di Kota Malang, auditor eksternal dari Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), hingga auditor internasional WHO. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) juga turut berperan dalam pemantauan kualitas air baku dan air sungai periodik dan Pengawasan Ijin Lingkungan.
Baca Juga: Kota Malang Terima Penghargaan Apresiasi Daerah Peduli Inovasi Ekraf dan Pariwisata
Permasalahan air minum dan sanitasi bukan hanya sekedar permasalahan pembangunan sarana dan prasarana sanitasi tetapi permasalahan perilaku higiene masyarakat. Maka, pemerintah daerah didorong untuk memiliki strategi untuk meningkatkan kondisi sanitasi di daerahnya masing-masing. Sutiaji menyebutkan bahwa Pemkot Malang terus meningkatkan komunikasi, informasi, dan edukasi terkait air minum dan sanitasi aman dengan menggelar berbagai event kampanye kolaboratif.
“Kita berikan literasi pada masyarakat bahwa air merupakan faktor penting untuk mendukung kesehatan. Tubuh tentu membutuhkan asupan air yang bersih tentunya. Tak hanya meminta masyarakat untuk mengonsumsi air bersih, namun tugas kami adalah menyiapkan ketersediaan air minum yang bersih,” bebernya.
Orang nomor satu di jajaran Pemkot Malang itu menegaskan saat ini pihaknya tengah getol dalam pemanfaatan air permukaan. Diungkapkannya bahwa sumber air baku eksisting bagi penduduk Kota Malang mayoritas berada di wilayah Malang Raya. Malang dilalui sejumlah sungai besar yang memiliki potensi diolah sebagai sumber air permukaan.
“Untuk mendapatkan air bersih ada dua cara, yakni menggunakan air bawah tanah dan air permukaan. Air bawah tanah semakin hari semakin berkurang. Yang kami lakukan untuk meningkatkan air bawah tanah adalah berkolaborasi dengan semua stakeholder untuk melakukan konservasi air, penghijauan kita lakukan dan kuatkan sehingga sumber air ini bisa tetap terjaga. Kami juga berkomitmen untuk pemanfaatan air permukaan, karena mengandalkan air bawah tanah tentu makin hari makin berkurang. Jadi limpahan sumber, air-air permukaan, kita olah sehingga kita memiliki persediaan air baku yang cukup,” terangnya.***