Jakarta, serayunusantara.com —– Melansir dari laman Kemenag RI, Wakil Menteri Agama Saiful Rahmat Dasuki mengajak masyarakat untuk bersama-sama memperluas ruang partisipasi perempuan dan memperkokoh akses mereka sebagai agen perubahan umat. Salah satunya bisa dilakukan dengan mengoptimalkan masjid sebagai tempat pemberdaayaan.
Pesan ini disampaikan Wamenag saat mewakili Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas pada Grand Launching Novel ‘Semesta Perempuan’ di Masjid Istiqlal, Jakarta, Senin (8/1/2024). Novel ini ditulis oleh Nesya Murtadho. Tampak hadir, Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar, dan beberapa pembicara.
Menurut Wamenag, Masjid Istiqlal menjadi simbol yang begitu kuat dalam pemberdayaan perempuan. Di masjid ini, bukan hanya para dai yang dibina dan diberikan akses pendidikan, namun kesempatan yang sama diberikan kepada para perempuan untuk berkiprah di kancah dakwah nasional dan bahkan internasional.
“Kita harus melanjutkan semangat ini, bukan hanya di Masjid Istiqlal, tetapi di setiap institusi dan ruang publik lainnya,” ujar Wamenag di Jakarta, Senin (8/1/2024).
Saiful Rahmat Dasuki menjelaskan, peran penting perempuan dalam pembangunan nasional tidak bisa dipandang sebelah mata. Para perempuan Indonesia telah dan terus memberikan kontribusi dalam segala bidang termasuk dalam organisasi-organisasi besar.
Baca Juga: Dev-X Tandai Kultur Baru Kemenag yang Lebih Terbuka dan Adaptif
“Kita punya banyak kekuatan dari dalam, mulai dari Muslimat NU, Naisyiatul Aisyiah, Kowani, dan banyak lagi. Mereka tidak hanya organisasi, tetapi juga merupakan wadah bagi para perempuan hebat di seluruh Indonesia untuk berkumpul, berkarya, dan memberikan kontribusi yang luar biasa bagi kemajuan bangsa,” papar Saiful Rahmat Dasuki.
Kementerian Agama, kata Saiful Rahmat, memiliki perhatian khusus terhadap pemberdayaan perempuan melalui berbagai program pendidikan, upaya filantropi berlandaskan nilai-nilai Islam, hingga gerakan sadar akan kehalalan.
“Ini bukan hanya tentang memberikan akses, tetapi juga menciptakan lingkungan yang mendukung para perempuan untuk berkembang, berkontribusi, dan membangun kualitas diri mereka dalam peran keagamaan. Hal ini merupakan langkah besar dalam memberikan ruang yang setara bagi perempuan dalam menyebarkan nilai-nilai agama dan kebaikan kepada masyarakat luas,” terang Saiful Rahmat Dasuki.
Terpisah, Penulis Novel ‘Semesta Perempuan’, Nesya Murtadho menjelaskan, banyak kisah inspiratif dalam buku yang ditulisnya dari sudut pandang Wanita Indonesia. Novel ini ditulis dengan kisah kesemestaan perempuan dalam peran masing-masing sosok, dengan karakter keilmuan yang kuat. Pola relasi dari kultur beragama yang berbeda, menginspirasi setiap tokoh yang dinarasikan berdasarkan nilai-nilai keadilan dalam melihat perbedaan.
Muncul pro-kontra yang menjadi kegelisahan batin penulis. Novel ditulis dengan pilihan kata yang dirangkai menjadi kalimat menyentuh, menghadirkan jalan cerita perjuangan seorang wanita yang menginspirasi, sekaligus mengharu-biru. Penulis berharap muncul cara pandang baru bagi Wanita Indonesia, termasuk soal ikhwal poligami yang dihadirkan dari dua sisi berbeda.
Baca Juga: Tiga Hari Dev-X, Puluhan Ribu Pengunjung Saksikan Transformasi Kemenag Layani Umat
Nesya bersyukur di tengah kiprahnya sebagai seorang ibu rumah tangga, mampu memanfaatkan waktu untuk membuat tulisan yang menginspirasi. Butuh waktu hingga 10 tahun untuk menyelesaikan buah karya ini, dikarenakan ia harus melakukan riset, penelitian dengan banyak bertemu narasumber yang menjadi pelakon dalam novelnya.***