Padi varietas Inpari yang biasa ditanam di lahan dengan ketinggian di bawah 700 mdpl. (Foto: Pemprov Jatim)
Blitar, serayunusantara.com – Perubahan cuaca di tanah air begitu cepat terjadi. Pekan ini ada cuaca panas begitu terik, pekan depannya tiba-tiba turun hujan deras dengan intensitas yang begitu. Komoditas pertanian pun perlu mendapatkan perhatian khusus agar tetap bisa tumbuh.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi kedatangan musim kemarau dalam waktu dekat. Dilaporkan oleh BMKG, pada Mei 2024 merupakan awal musim kemarau di sejumlah daerah Indonesia.
“Prediksi musim kemarau 2024 pada 699 ZOM (Zona Musim) di Indonesia menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah diprediksi mengalami Awal Musim Kemarau 2024 pada bulan Mei hingga Agustus 2024, yaitu sebanyak 445 ZOM (63,66 persen),” demikian penjelasan BMKG.
Sementara itu, dari prediksi BMKG, yang disampaikan dalam siaran persnya, puncak musim kemarau 2024 diprediksi terjadi di bulan Juli dan Agustus 2024. Musim kemarau 2024 terbilang mundur di sebagian besar wilayah Indonesia jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
“Mundurnya musik kemarau pada 2024 ini juga terjadi di Banten, Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur,dan sebagian Maluku,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.
Menyikapi cuaca yang tidak menentu, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Blitar memberikan sejumlah imbauan kepada petani agar lahan budidaya tanaman pertanian bisa tetap berjalan dengan baik.
Kepala DKPP Kabupaten Blitar, Toha Mashuri menyampaikan, pertama, para petani bisa melakukan pemetaan komoditas sesuai cuaca. Petani bisa memilih tanaman yang cocok dengan kondisi tanah dan cuaca, bahkan iklim tertentu. Sehingga produktivitas tetap bisa tinggi.
“Biasanya selama ini, kalau musim kemarau tanaman yang cocok adalah tanaman jagung, sedangkan kalau musim penghujan tanaman yang pas adalah tanaman padi. Jadi menyesuaikan kondisi cuaca di wilayah tersebut,” katanya, Selasa, 14 Mei 2024.
Meskipun begitu, kata dia, berhubung saat ini program percepatan tanam padi yang dicanangkan oleh Kementerian Pertanian (Kementan) RI, pihaknya tetap mendorong para petani untuk menanam tanaman padi.
Dia juga menyampaikan, di daerah yang kondisi airnya tidak terlalu banyak, petani bisa menggunakan cara tertentu yang lebih tahan terhadap air yang sedikit. Misalnya budidaya padi gogo rancah.
“Jadi budidaya padi gogo rancah adalah cara bertanam padi di lahan sawah tadah hujan, yang mengandalkan air hujan dan lahan irigasi yang memperoleh pengairan terlambat,” ungkapnya.
Baca Juga: DKPP Kabupaten Blitar Beri Imbauan kepada Petani: Jangan Sampai Lahan Pertanian Dibiarkan Nganggur
Selain itu, petani juga bisa menggunakan varietas padi yang tepat. Pada lahan pertanian dengan ketinggian < 700 m dpl, petani bisa menggunakan varietas Inpari 10 Laeya, Inpari 11, Inpari 12, Inpari 13, Inpari 18, Inpari 19, Inpari 20, Inpari 33, Inpari 32 HDB, Inpari 22, Inpari 38, Inpari 39 Tadah Hujan Agritan, Inpari 42 Agritan GSR, Inpari 43 Agritan GSR dan Silugonggo
Sedangkan pada ketinggian lahan antara 700-2000 m dpl, petani bisa menggunakan varietas Inpari 26, Inpari 27, Inpari 28 Kerinci, Batutegi, Sarinah, dan Towuti. Pemilihan varietas yang tepat menjadi kunci untuk mendapatkan hasil produksi yang maksimal.
“Jadi silahkan dipilih sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di lapangan. Para petani juga bisa berkomunikasi dengan penyuluh pertanian lapangan yang siap mendampingi para petani,” ungkapnya. (adv)