Kediri, serayunusantara.com – Pemerintah Indonesia mendorong pembentukan Global Water Fund atau Dana Air Dunia dalam agenda high level meeting dengan delegasi negara-negara yang mengikuti World Water Forum ke 10 di Bali. Negara-negara peserta WWF ke 10 telah melihat keseriusan dan komitmen Indonesia untuk mengatasi isu air. Global Water Fund diyakini bisa menjadi solusi untuk mengatasi hambatan fiskal terkait proyek-proyek air.
PJ Wali Kota Kediri Zanariah merespon positif inisiatif tersebut. Menurutnya, Kota Kediri yang secara alamiah dibelah oleh Sungai Brantas bisa mengambil peran dan mendapatkan manfaatnya jika Dana Air Dunia bisa benar-benar terwujud.
“Soal sumber daya air ini harus menjadi tanggung jawab global, jangan hanya berfikir soal hutan saja. Kita lihat saja secara objektif, terkait air ini, terutama daerah yang tidak memiliki laut, kita lebih banyak bekerja sendiri. Padahal kami di daerah juga punya sumber mata air dan sungai”, tegas Zanariah Rabu (22/5).
Zanariah menyatakan, Kota Kediri seharusnya sangat strategis posisinya karena tepat dibelah oleh Sungai Brantas. “Kami memiliki 27 mata air yang selama ini mensuplai air ke Sungai Brantas, jadi urusan debit air itu daerah juga berkepentingan”, tambahnya.
Baca Juga: Pemkot Kediri Gelar Workshop Siapkan Guru Pendamping Untuk Sekolah Inklusi
Pemkot Kediri juga khawatir jika masyakarakat terus menerus bergantung dengan air tanah untuk suplai air bersih. “Seharusnya sudah saatnya Kota Kediri bisa membuat Instalasi Pengolahan Air (IPA) di Sungai Brantas untuk memanfaatkannya menjadi air bersih yang bisa digunakan untuk kebutuhan warga. Kalau daerah yang di hilir bisa memanfaatkan air Sungai Brantas, seharusnya Kota Kediri yang berada di hulu dan tengah juga bisa”, jelasnya.
Zanariah berharap, kelak jika Dana Air Dunia benar-benar terbentuk, daerah seperti Kota Kediri bisa ikut menikmatinya.
“Karena kalau sungai itu tidak sehat, baik dari debit hingga kualitas airnya, laut juga otomatis tidak sehat. Saya berharap dana air tidak hanya digunakan untuk pembangunan fisik, tapi juga digunakan untuk membangun kesadaran masyarakat agar menjaga sungai”, jelas Zanariah.
Ia mencontohkan, di Kota Kediri ada komunitas warga di Kelurahan Pakunden yang menyelenggarakan balap kapal mini untuk bersih-bersih sungai.
“Kalau dilihat sebenarnya ini event kecil, namun itu inisiatif dari warga secara mandiri, itu menurut saya lebih riil untuk menjaga sumber daya air, dari pada hanya sekedar slogan dan pasang poster pengumuman,” tutup Zanariah. (tim/serayu)