Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi saat memberi sambutan dalam diskusi bertajuk “Road to Platinum Jubilee of The Asian African Conference” di Jakarta (6/6). (Foto: Kemenlu RI)
Jakarta, serayunusantara.com – Melansir dari laman Kemenlu RI, Konferensi Asia Afrika (KAA) yang diselenggarakan pada tahun 1955 turut berkontribusi mendorong dekolonisasi dan memajukan kerja sama negara-negara di Asia dan Afrika. Menjelang peringatan ke-70 KAA tahun depan, Kementerian Luar Negeri menggelar diskusi bertajuk “Road to Platinum Jubilee” di Jakarta (6/6).
Diskusi mengambil tema “Asia Afrika yang Kita Inginkan: Memberdayakan Global South berbekal Spirit Bandung.” Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dalam sambutannya menyampaikan di tengah situasi dunia saat ini, kerja sama antar-negara Asia dan Afrika sangat diperlukan.
“Saat ini dunia menghadapi marabahaya. Rasa saling percaya luntur, penghormatan terhadap kedaulatan dan hukum internasional menurun, dan resolusi damai untuk berbagai konflik seperti yang terjadi di Gaza belum tampak hasilnya. Kerja sama antara Asia dan Afrika sangat diperlukan untuk menjembatani perbedaan dan membangun masa depan yang damai,” kata Menlu.
Melalui KAA, para pendiri bangsa telah menanamkan “benih” kerja sama di antara negara-negara Asia dan Afrika dalam Spirit Bandung. Sekarang “benih” tersebut telah berkembang menjadi “pohon”.
Menlu menyampaikan tiga hal untuk menyuburkan “pohon” kerja sama Asia-Afrika. Pertama, memastikan “akar” keadilan dan kemanusiaan global. Keadilan dan kemanusiaan saat ini hilang bagi rakyat Palestina yang menjadi korban kekejaman Israel.
Baca Juga: Menlu Jabarkan Diplomasi Indonesia untuk Palestina “All Eyes on Rafah” di UGM Yogyakarta
“Ada satu utang yang belum kita bayar, yaitu kemerdekaan Palestina. Indonesia akan terus lakukan berbagai upaya untuk membantu rakyat Palestina, termasuk melalui Mahkamah Internasional, OKI, dan PBB, serta meningkatkan bantuan kemanusiaan melalui UNWRA,” tegas Menlu.
Kedua, meningkatkan “batang” inklusivitas. Tantangan-tantangan global tidak dapat diatasi jika negara-negara besar hanya peduli kepentingan pribadi dan dunia masih terbelah antara Utara dan Selatan. Spirit Bandung dapat memberikan arah untuk kerja sama yang lebih adil dan penguatan multilateralisme.
“Platinum jubilee tahun depan harus jadi pengingat bahwa inklusivitas harus jadi DNA kerja sama kita,” ujar Menlu.
Ketiga, menumbuhkan “cabang” solidaritas dalam menjaga hak atas pembangunan. Global South harus dapat mendorong solidaritas dalam memajukan hak atas pembangunan guna mencapai lompatan kemakmuran, termasuk melalui hilirisasi.
“Kita harus menjaga ‘pohon’ kerja sama Asia-Afrika sebagai tumpuan untuk masa depan kita,” pungkas Menlu.
Baca Juga: Menlu RI Desak Negara-negara Eropa untuk Dorong Implementasi Two State Solution
Kegiatan diskusi ini dihadiri oleh kalangan pemerintah, diplomatik, akademisi, jurnalis, dan pemuda. Di antara yang dibahas adalah mengidentifikasi tantangan-tantangan yang dihadapi oleh negara-negara Asia dan Afrika dan upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasinya.***