Kementerian ESDM dan Komisi VII Sepakat Asumsi Dasar ICP Usulan RAPBN Tahun 2025

Menteri ESDM saat menghadiri Rapat Kerja Bersama dengan Komisi VII DPR RI di Jakarta, Rabu (19/6). (Foto: Kementerian ESDM RI)

Jakarta, serayunusantara.com – Melansir dari laman Kementerian ESDM RI, Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI) menyetujui usulan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terkait asumsi dasar Harga Indonesia Crude Price (ICP) Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun 2025 di angka USD80 – 85 per barel.

Menteri ESDM mengatakan bahwa angka yang diajukan tersebut didasarkan pada realisasi rata-rata ICP hingga dengan Bulan Mei Tahun 2024 sebesar USD81,67 per barel dan cenderung turun. “Serta berdasarkan proyeksi Polling Reuters dan Short Term Energy Outlook dari United State – Energy Information Administration – Department of Energy, harga minyak dunia tahun 2025 diperkirakan pada kisaran USD80,46 – 87,79/barel,” ujarnya ketika menghadiri Rapat Kerja Bersama dengan Komisi VII DPR RI di Jakarta, Rabu (19/6).

Sementara itu, usulan RAPBN Tahun 2025 terkait lifting minyak dan gas bumi yang disetujui sebesar 1,603-1,652 juta Barrel oil Equivalent per Day (BOEPD). Dengan rincian lifting minyak bumi berada di rentang angka 600-605 ribu BOPD dan lifting gas bumi sebesar 1,003-1,047 juta BOEPD.

Arifin menjelaskan beberapa tahun terakhir produksi migas terus menurun, baik secara alamiah maupun yang disebabkan oleh unplanned shutdown di beberapa lapangan yang mengakibatkan adanya lost of production. “Sampai dengan Mei 2024 sudah terjadi penurunan sebanyak 172 MMSCFD dan 5.825 BOPD,” tambahnya.

Baca Juga: Komisi VII DPR RI Sepakati Usulan Pagu Indikatif Kementerian ESDM Tahun 2025

Meski demikian, Arifin menguraikan SKK Migas telah mendorong KKKS untuk melakukan kegiatan drilling yang telah mencapai 950 kali. Selain itu, masih ada empat strategi utama untuk meningkatkan lifting migas, pertama dengan strategi improving existing asset value, yaitu melalui peningkatan kegiatan pengeboran dan pengembangan dan mereaktivasi sumur yang telah idle.

Strategi kedua ialah dengan transformation of resources to production, atau melalui proses percepatan Plan of Development (POD) serta percepatan onstream proyek-proyek hulu migas, dan strategi yang ketiga adalah dengan EOR dan Waterflood.

“Dan strategi terakhir ialahh exploration for giant discovery, yaitu dengan meningkatkan kegiatan eksplorasi di offshore, serta di laut dalam dan Indonesia bagian Timur,” ungkap Arifin.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *