Jakarta, serayunusantara.com – Melansir dari laman Kemenpora RI, Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora RI) Dito Ariotedjo hari Senin (24/6) siang menghadiri Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Jakarta. Rapat kabinet sendiri untuk membahas kondisi perekonomian terkini.
Presiden memasuki ruangan Istana Negara pukul 13.37 WIB. Sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju (KIM) menghadiri sidang kabinet paripurna ini. Para pejabat yang hadir mulai dari Wakil Presiden Ma’ruf Amin, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Perdangangan Zulkifli Hasan, Menteri Sosial Tri Rismaharini, Menteri BUMN Erick Thohir.
Hadir juga Menteri ATR/BPN Agus Harimurti Yudhoyono. Terlihat juga Menkominfo Budi Arie Setiadi, Mendikbudristek Nadiem Makarim, Mendagri Tito Karnavian, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziah hingga Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
“Kita tahu dunia sedang berada pada ketidakpastian yang tinggi di tengah ekonomi dunia yang semakin sulit dan tidak menentu eskalasinya geopolitik, terutama di Timur Tengah, meningkat kalau kita lihat inflasi dunia juga meninggi, diferensiasi nilai tukar terus menekan ekonomi semua negara,” ujar Presiden Jokowi.
Baca Juga: Kemenpora Tinjau Semua Venue Pertandingan PON XXI 2024 di Sumut
Namun, Presiden senang daya saing Indonesia di tahun 2024 meningkat signifikan. Ranking daya saing Indonesia menurut World Competitiveness Ranking bisa mengungguli negara maju seperti Inggris dan Jepang.
“Saya senang (ranking) ini mengalahkan Inggris yang berada di ranking 28, Malaysia di ranking 34, Jepang di ranking 38, Filipina di ranking 52, dan Turki di (ranking) 53. Kita berada di ranking 27,” jelas Presiden.
“Jepang turun 3 peringkat, Malaysia turun 7 peringkat oleh sebab itu saya ingin mengingatkan semua kementerian dan lembaga agar betul-betul mencermati kondisi-kondisi global dan mencermati kondisi ekonomi nasional kita. Kalau kita lihat Jepang kenapa turun 3 peringkat karena pelemahan mata uang dan juga penurunan produktifitas. Malaysia turun 7 peringkat karena pelemahan mata uang dan masalah stabilitas politik,” ujar Presiden Jokowi.***