Perkuat Intervensi Pencegahan Penyakit, Kemenkes Luncurkan Laboratorium Kesehatan Masyarakat

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meluncurkan Laboratorium Kesehatan Masyarakat (Labkesmas) di Jakarta. (Foto: Kemenkes RI)

Jakarta, serayunusantara.com – Melansir dari laman Kemenkes RI, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI bersama Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan meluncurkan Laboratorium Kesehatan Masyarakat (Labkesmas) di Jakarta pada Senin (26/8).

Sejalan dengan transformasi layanan kesehatan primer, Kemenkes berkomitmen untuk menata ulang Labkesmas sebagai upaya kesehatan masyarakat berbasis laboratorium yang komprehensif. Penataan ini mencakup deteksi dini, surveilans penyakit dan faktor risiko kesehatan, serta respons terhadap kejadian luar biasa (KLB) atau wabah.

“Kita harus membangun fasilitas-fasilitas kesehatan untuk bisa melakukan deteksi dini, baik surveilans untuk penyakit menular, maupun skrining untuk penyakit tidak menular,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam sambutannya.

Oleh karena itu, Menkes Budi menuturkan, fasilitas kesehatan yang mumpuni dibutuhkan untuk mendeteksi dini potensi penyakit dan berbagai faktor risiko, termasuk lingkungan, makanan, serta vektor penyebar penyakit.

Penataan Labkesmas ini juga untuk mendukung transformasi sistem ketahanan kesehatan nasional, dengan tujuan meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi situasi darurat kesehatan.

Baca Juga: Kematian Akibat AMR Diperkirakan Capai 10 Juta Orang pada 2050, Kemenkes dan WHO Launching Strategi Nasional

Dengan 81 parameter pemeriksaan, Labkesmas mencakup enam kelompok utama yang meliputi berbagai aspek kesehatan, seperti beban penyakit terbanyak dan skrining 14 penyakit, penyakit menular/potensi wabah, faktor risiko kesehatan lingkungan, faktor risiko vektor dan binatang pembawa penyakit, NAPZA/biomonitoring/toksikologi, serta pemantauan resistensi obat.

Labkesmas ditata dengan sistem jejaring 5 tingkat, mulai dari posyandu dan puskesmas di tingkat pertama hingga tingkat nasional di tingkat kelima. Sistem ini memungkinkan deteksi dini yang lebih efektif, mulai dari penggunaan point of care testing (POCT) atau rapid test di posyandu hingga teknologi lebih canggih seperti kapasitas genome sequencing di tingkat provinsi.

Menkes Budi menambahkan, digitalisasi data menjadi salah satu kunci keberhasilan Labkesmas. Seluruh data akan terintegrasi ke dalam platform SATUSEHAT, sehingga semua orang dapat mengaksesnya.

“Dengan otoritas tertentu, peneliti-peneliti di seluruh perguruan tinggi bisa mengaksesnya, yang berbasis di Indonesia. Ini bisa menjadikan salah satu database terbesar untuk penyakit menular dan penyakit tidak menular,” ujar Menkes Budi.

Plt. Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Nunung Nuryartono juga menegaskan pentingnya menyediakan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai dan mudah diakses oleh seluruh masyarakat, terutama untuk upaya pencegahan, surveilans berbasis laboratorium, dan deteksi dini.

Baca Juga: Pemerintah Kejar Eliminasi Tuberkulosis pada Tahun 2030

“Sistem laboratorium yang kuat tidak hanya memperbaiki pelayanan kesehatan di tingkat nasional, tetapi juga memberikan dampak yang signifikan pada upaya peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan,” ucap Nunung.

Dengan memperkuat Labkesmas, Indonesia akan semakin dekat untuk mewujudkan visi menjadi negara yang sehat, produktif, dan berdaya saing, untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *