Inspektur Jenderal Kementerian Perindustrian M. Rum, dalam acara Ground Breaking Pembangunan Gedung Perkantoran BPIPI Sidoarjo. (Foto: Kemenperin RI)
Sidoarjo, serayunusantara.com – Melansir dari laman Kemenperin RI, Industri alas kaki lokal kini semakin diminati oleh pasar dalam negeri maupun pasar global. Berbagai jenama lokal kini telah hadir dan berkembang, serta mampu bersaing dengan produk bermerek asing. Industri alas kaki dalam negeri juga mampu menghadirkan berbagai jenis produk dengan segmentasi pasar yang beragam, serta memiliki kualitas dan desain yang baik.
Kementerian Perindustrian terus berkomitmen mengawal dan melakukan pembinaan berkelanjutan kepada para pelaku industri alas kaki, yang salah satunya dilakukan melalui unit kerja pelaksana teknis di bawah Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (Ditjen IKMA), yaitu Balai Pemberdayaan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) di Sidoarjo.
“BPIPI diharapkan dapat menjadi katalisator dalam pengembangan industri alas kaki, khususnya yang masih berskala IKM, secara nasional sehingga para pelaku IKM alas kaki dapat menghasilkan produk yang lebih baik dengan memperhatikan aspek service, safety, quality, cost, delivery, serta morale,” ujar Inspektur Jenderal Kementerian Perindustrian M. Rum, mewakili Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, dalam acara Ground Breaking Pembangunan Gedung Perkantoran BPIPI Sidoarjo (11/9).
Perkembangan sektor industri alas kaki lokal juga tidak terlepas dari peran berbagai stakeholder yang terus membina, mempromosikan, dan mengampanyekan penggunaan produk alas kaki dalam negeri melalui berbagai kegiatan. BPIPI yang berlokasi di Komplek Pasar Wisata Tanggulangin, Kedensari, Kabupaten Sidoarjo, pada awalnya merupakan hasil kolaborasi antara Kementerian Perindustrian, Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten Sidoarjo, serta Asosiasi Persepatuan Indonesia (APRISINDO) yang berfokus pada pembinaan pelaku industri alas kaki berskala industri kecil dan menengah (IKM).
“Peran strategis BPIPI dalam pengembangan IKM alas kaki, tidak terlepas dari kerjasama Kemenperin dengan Pemda Provinsi Jatim, Kabupaten Sidoarjo beserta asosiasi dan pelaku IKM. Kami berharap kerjasama ini dapat terus terjalin di masa mendatang,” ungkapnya.
Baca Juga: Kemenperin: Pengembangan Hidrogen Hijau Akselerasi Target NZE Industri
Hingga tahun 2024, BPIPI telah melakukan pendampingan kepada lebih dari 13.000 SDM alas kaki, dengan 3.608 orang di antaranya adalah pengusaha IKM dan 9.396 adalah tenaga kerja terampil industri yang tersebar di seluruh sentra potensi industri di Indonesia.
Dengan memperhatikan tugas dan fungsi dalam meningkatkan kualitas produk alas kaki yang berstandar nasional maupun internasional, pada tahun 2024 Kemenperin akan melakukan pembangunan Gedung Perkantoran baru BPIPI Sidoarjo yang akan dibangun di Desa Wilayut, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo.
Kementerian Perindustrian optimis dengan adanya gedung serta sarana prasarana yang baru, BPIPI dapat meningkatkan kinerja dan peran strategis BPIPI untuk menumbuhkan dan mengembangkan IKM Alas kaki nasional dan pada akhirnya turut berkontribusi positif pada pertumbuhan sektor industri pengolahan non-migas yang pada Triwulan II Tahun 2024 berkontribusi sebesar 16,70% pada PDB Nasional dan tumbuh sebesar 4,63%.
Selain itu, bila melihat Indeks Kepercayaan Industri (IKI), subsektor Kulit, Barang dari Kulit, dan Alas Kaki pada bulan Agustus berada pada level ekspansi dengan nilai 55,20. Hal ini mengindikasikan bahwa pandangan pelaku usaha di sektor industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki masih optimis terhadap iklim usaha di masa mendatang.
Kementerian Perindustrian berkomitmen dalam menyuarakan penerapan industri hijau dan peningkatan produk dalam negeri. Hal tersebut secara konsisten juga dilakukan dalam setiap program maupun kegiatan yang dijalankan, termasuk pembangunan Gedung BPIPI Sidoarjo.
Baca Juga: Kemenperin Sinergikan Program Pelatihan, Siapkan Warga Binaan Lapas Jadi Wirausaha Batik
Gedung BPIPI menerapkan konsep Green Building sebagai upaya untuk mengurangi konsumsi energi listrik melalui desain bangunan yang memaksimalkan pencahayaan alami serta mengatur sirkulasi udara agar dapat meminimalkan penggunaan air conditioner. Upaya menjaga cadangan air tanah juga dilakukan dengan dengan memanfaatkan penyerapan air hujan secara optimal melalui serapan biopori dan memperhatikan kelestarian lingkungan dengan adanya instalasi pengolahan air limbah (IPAL).
“Kami mengharapkan gedung perkantoran BPIPI yang baru dapat memberikan manfaat optimal dengan menciptakan lingkungan kerja yang sehat, co-working space yang sejuk, workshop ataupun ruang laboratorium yang nyaman, sehingga dapat mendukung kreativitas maupun inovasi dalam pengembangan produk alas kaki,” tambah M. Rum.
Ia juga menyampaikan apresiasinya pada pengutamaan Penggunaan Produk Dalam Negeri dalam pembangunan Gedung BPIPI yang memanfaatkan produk hasil karya pelaku industri kreatif lokal. “Kami mengapresiasi kegiatan pembangunan ini yang mampu menyerap Produk Dalam Negeri (PDN) sebesar 95,82% dengan total perhitungan nilai TKDN dalam proyek ini mencapai 46,76%,” kata Irjen Kemenperin.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka, Kemenperin, Reni Yanita menyampaikan, pembangunan BPIPI terdiri atas bangunan utama gedung perkantoran, asrama, masjid beserta beberapa bangunan pendukung lainnya dengan total luas bangunan sekitar 9.000 meter persegi, dan seluruh bangunan tersebut berada di atas lahan Kementerian Perindustrian seluas 14.044 meter persegi. Adapun pembangunan BPIPI akan dilaksanakan dengan estimasi waktu hingga Desember 2025.
“Dalam pembangunan ini, kami juga mendorong implementasi enggunaan Produk Dalam Negeri. U-ditch beton, paving block, dan bata merah yang digunakan dalam pembangunan ini merupakan produk perusahaan Industri Kecil yang telah memiliki sertifikat TKDN-IK,” jelas Reni.***