Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kemenparekraf, Nia Niscaya, dalam “The Weekly Brief With Sandi Uno” yang berlangsung secara hybrid, Jakarta. (Foto: Kemenparekraf RI)
Jakarta, serayunusantara.com – Melansir dari laman Kemenparekraf RI, Penyelenggaraan Pertamina Grand Prix of Indonesia 2024 (MotoGP Mandalika) yang berlangsung di Pertamina Mandalika International Circuit pada 27 hingga 29 September 2024 sukses digelar dan terbukti mendatangkan dampak signifikan terhadap perekonomian Mataram, terutama bagi industri perhotelan.
“Berdasarkan informasi yg disampaikan Ketua IHGMA DPD NTB, ternyata event ini memberikan dampak positif terhadap tingkat okupansi hotel. Untuk harga pun, sebagaimana dalam pengawasan mereka, kenaikannya masih sesuai dengan ketentuan. Karena memang terkait dengan persoalan supply and demand , sehingga hukum ekonomi berlaku,” kata Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kemenparekraf/Baparekraf, Nia Niscaya, dalam “The Weekly Brief With Sandi Uno” yang berlangsung secara hybrid, Senin (30/9/2024).
Nia menjelaskan, saat ini Kemenparekraf masih melakukan kajian dampak ekonomi ajang MotoGP Mandalika 2024.
“Potensi ekonomi MotoGP sedang dihitung, tetapi paling tidak dampak bisa kita lihat pertama dari penjualan tiket. Kemudian dari rata-rata spending wisatawan mancanegara per kunjungan dikalikan jumlah. Begitu pula dengan wisnus,” kata Nia.
Kenaikan Harga
Ketua Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) DPD NTB, Lalu Kusnawan, yang hadir secara online dalam “The Weekly Brief With Sandi Uno”, menyampaikan tingkat hunian hotel di daerah ring 1 MotoGP, yaitu Kute, mencapai 95%, dan diisi oleh tim pembalap. Sedangkan dari daerah Mataram mencapai 80 %.
Baca Juga: Menparekraf Dampingi Presiden Resmikan Sejumlah Pembangunan Fasilitas Penunjang Parekraf IKN
“Jadi cukup signifikan dampak positif yang ditimbulkan dengan adanya MotoGP tahun ini,” kata Lalu.
Lalu menjelaskan kenaikan harga hotel saat pelaksanaan MotoGP Indonesia 2024, telah sesuai dengan Pergub Nomor 9 Tahun 2022 yang mengatur dan menerapkan harga kamar hotel.
“Agar tidak selalu di-framing bahwa akomodasi yang menjadi momok atau menjadi persoalan ini, kita berbicara tren pasar, kita berbicara global market itu di mana supply-nya itu pasti akan ada. Demikian juga saya analogikan ketika high season misalnya di tiga Gili itu harga pasti naik. Nah kenapa harga ini naik ya karena ada permintaan yang naik, rantai dari sirkulasi kebutuhan pokok lainnya juga ikut naik, yang biasanya mungkin supplier membutuhkan satu tenaga kerja kemudian karena ada kenaikan permintaan menyebabkan ini meningkat jadi semua faktor lain itu ikut,” kata Lalu.
Lalu menyampaikan, siap untuk bekerja sama dalam mencari solusi harga terbaik, dengan menerapkan harga bundling tiket, hotel, serta paket wisata.
“Kalau berhubungan dengan akomodasi itu bisa kita duduk bareng mencari solusi terbaik misalnya memberikan persentase masing-masing hotel member di HGMA untuk bekerja sama bundling tiket, kemudian promosi lebih awal di destinasi juga cukup membantu. Sebagaimana kita ketahui bahwa sampai dengan saat ini, 3 Gili masih mendominasi untuk tingkat kunjungan pariwisata,” kata Lalu.
Baca Juga: Menparekraf Tingkatkan Kolaborasi Lintas Sektor Bangkitkan Ekonomi Kreatif Global
Lalu berharap ke depan bisa ada ruang diskusi dengan asosiasi dan para pelaku pariwisata dan ekraf di NTB.
“Semua itu bisa kalau kita kontrol dengan baik kemudian asosiasi mungkin dapat juga diberikan ruang meet and greet dengan semua tim, dalam hal ini dengan MotoGP, jadi semua tim MotoGP baik itu dengan Dorna atau dengan yang lainnya itu agar dapat menjadi salah satu upaya kami untuk berpromosi dan untuk lebih memotong harga jadi bisa kita bicarakan lebih awal bisa kita diskusikan lebih awal dan bisa diputuskan lebih awal,” kata Lalu.***