Atdikbud KBRI Canberra Fasilitasi 8 Mahasiswa Indonesia Magang Mengajar di Sekolah Australia

Atdikbud KBRI Canberra, Mukhamad Najib, dalam kesempatan serah terima mahasiswa magang mengajar di sekolah-sekolah Canberra. (Foto: Kemendikbudristek RI)

Canberra, serayunusantara.com — Melansir dari laman Kemendikbudristek RI, Kantor Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Canberra kembali memfasilitasi mahasiswa pendidikan dari Indonesia untuk magang atau praktik mengajar di sekolah-sekolah Australia. Pada triwulan keempat dalam kalender akademik sekolah Australia ini, terdapat 8 mahasiswa magang. Mereka berasal dari Universitas Negeri Surabaya, Universitas Negeri Jakarta, dan Universitas Pendidikan Indonesia. Hal tersebut disampaikan Atdikbud KBRI Canberra, Mukhamad Najib, dalam kesempatan serah terima mahasiswa magang mengajar di sekolah-sekolah Canberra pada Selasa (15/10).

Menurut Atdikbud Najib, pada triwulan keempat (15 Oktober-15 Desember 2024), mahasiswa Indonesia di kirim ke sekolah di dua kota Australia, yaitu Melbourne dan Canberra. Sementara pada triwulan tiga lalu, sebanyak 14 mahasiswa telah dikirim ke empat kota, yaitu Melbourne, Adelaide, New South Wales, dan Canberra. Program magang mengajar dikembangkan oleh kantor Atdikbud untuk memberi pengalaman internasional kepada calon-calon guru Indonesia. Najib berharap para calon guru bisa belajar bagaimana sistem pendidikan, kurikulum dan metode pembelajaran di sekolah Australia sehingga kelak mereka bisa menjadi guru transformatif yang membawa kemajuan di Indonesia.

“Guru adalah kunci dari kemajuan pendidikan Indonesia, mereka harus diposisikan sebagai agen perubahan. Guru berkualitas akan membawa transformasi dalam peningkataan kualitas pembelajaran di sekolah. Australia memiliki sistem pendidikan dengan kualitas dunia. Melalui program magang mengajar di Australia, saya berharap para calon guru memiliki wawasan dan pengalaman baru yang bisa mereka bawa untuk melakukan transformasi pendidikan yang bekemajuan di Indonesia kelak,” jelas Najib yang juga Guru Besar di Institut Pertanian Bogor ini.

Najib menguraikan jika pada tahun 2024 ini pihaknya telah memfasilitasi sebanyak 30 mahasiswa pendidikan untuk magang mengajar di sekolah-sekolah Australia. Untuk mendatangkan mahasiswa ke Australia, dirinya mengaku melakukan pendekatan gotong royong, di mana pembiayaan ditanggung bersama oleh kantor Atdikbud, universitas pengirim, sekolah tempat magang, dan orang tua mahasiswa.

Baca Juga: GELP Digelar di Jakarta, Para Pemimpin Pendidikan Melihat Transformasi Pendidikan Indonesia

“Magang mengajar di Australia butuh biaya yang lumayan dan pemerintah tidak bisa sepenuhnya menanggung biaya tersebut. Oleh karena itu kantor Atdikbud Canberra bekerja sama dengan universitas, sekolah dan orang tua untuk bisa mendatangkan mahasiswa ke Australia. Dari kebermanfaatannya, tentu biaya yang dikeluarkan tidak seberapa dibanding pengalaman dan wawasan yang diperoleh mahasiswa serta potensinya bagi kemajuan pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu, program magang mengajar di Australia perlu dukungan semua pihak, sehingga bisa lebih masif lagi,” tutur Najib.

Adapun sekolah tempat mahasiswa magang mengajar pada triwulan keempat adalah Hunting Tower School, Trinity Christian School, Saint Clare Assisi Primary School, dan Islamic School of Canberra. Para kepala sekolah dan guru di sekolah tersebut siap membantu para calon guru dari Indonesia untuk bisa memenuhi standar kualifikasi guru di Australia. Menurut Mahmoud Eid, Kepala Sekolah Islamic School of Canberra, sekolahnya senang bisa membantu calon guru potensial melakukan praktik mengajar. Sementara Margo Smith dari Saint Clare Assisi mengatakan sekolahnya terbuka bagi mahasiswa Indonesia yang ingin magang mengajar.

Salah satu mahasiswa program magang mengajar dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Adissya Elma Fitriyah, mengaku gembira bisa mendapat kesempatan magang mengajar di Australia. Mahasiswa tahun terakhir pada program pendidikan Matematika Unesa ini akan mengajar matematika dengan metode pembelajaran yang bebeda dari kebanyakan sekolah di Indonesia. “Saya sangat bersemangat, saya berharap bisa belajar banyak dari program ini, sehingga saya bisa memenuhi standar kualifikasi guru yang setara dengan guru-guru di Australia,” ucap Adissya.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *