SATUSEHAT Logistik untuk Monitoring Distribusi Vaksin dan Obat-Obatan

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam acara soft launching SATUSEHAT Logistik di Jakarta. (Foto: Kemenkes RI)

Jakarta, serayunusantara.com – Melansir dari laman Kemenkes RI, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebutkan tiga fokus utama dalam pengembangan layanan platform SATUSEHAT, yakni digitalisasi, integrasi platform, dan orientasi kepada pasien. Dia menyampaikan hal itu pada acara soft launching SATUSEHAT Logistik di Jakarta, Selasa (15/10).

“Pertama, saya ingin mendigitalisasi semua aktivitas yang kita miliki. Kedua, integrasi ke dalam satu platform yang kini kita sepakati dengan nama SATUSEHAT. Ketiga, semuanya harus berfokus kepada kepentingan pasien,” ujar Menkes Budi.

Menkes Budi menambahkan, dengan populasi Indonesia sekitar 280 juta jiwa, sebuah aplikasi yang digunakan oleh kurang dari satu juta pengguna dalam setahun tidak dapat dianggap sebagai aplikasi yang bagus.

“Apapun aplikasinya, jika dalam setahun digunakan kurang dari satu juta pengguna maka itu bukan aplikasi yang bagus. Sekurangnya adalah satu juta pengguna. Karena berdasar rekam jejak kita di aplikasi Peduli Lindungi, telah digunakan oleh lebih dari seratus juta orang.”

Pada kesempatan tersebut, Menkes Budi mengapresiasi peran UNDP, yang turut berperan dalam membangun sistem SATUSEHAT Logistik, yakni salah satu komponen dari aplikasi SATUSEHAT.

Baca Juga: Pembangunan Gedung Institute Neurosains Nasional RS PON Memasuki Tahap Topping Off

Menurut Menkes Budi, dengan adanya komponen SATUSEHAT Logistik dalam aplikasi SATUSEHAT, pemantauan ketersediaan vaksin di setiap fasilitas layanan kesehatan akan menjadi lebih mudah.

“Namun demikian, saya ingin ini tidak hanya terbatas pada vaksin saja. Saya ingin ini dikembangkan untuk pemantauan obat-obatan,” tambah menkes.

Sementara itu, Direktur Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan Rizka Andalusia menyatakan, proses pemantauan obat-obatan yang diinginkan oleh Menkes Budi sedang dikembangkan melalui Sistem Monitoring dan Inventaris Logistik Kesehatan Elektronik (SMILE).

Menurutnya, sebagai bagian dari SATUSEHAT Logistik, SMILE dapat dimanfaatkan oleh tenaga medis dan tenaga kesehatan untuk memastikan ketersediaan obat-obatan dan alat kesehatan secara transparan dan tepat waktu.

“Sistem ini bertujuan untuk mengoptimalkan manajemen inventaris dengan memastikan penanganan data yang transparan dan terintegrasi, sehingga dapat menyelaraskan antara pasokan dan permintaan di fasyankes,” ujar Dirjen Rizka.

Baca Juga: Indonesia Terlibat dalam Fortifikasi Pangan Skala Besar

Dirjen Rizka juga mengungkapkan, SATUSEHAT Logistik lahir dari kondisi terfragmentasinya sistem pencatatan dan pelaporan data obat dan alat kesehatan (alkes). Menurutnya, situasi ini menyulitkan monitoring di tingkat daerah maupun nasional, sementara kebutuhan masyarakat terhadap obat dan alkes tertentu di setiap wilayah berbeda-beda.

Sebelumnya, teknologi SMILE yang merupakan hasil kolaborasi antara Kemenkes, UNDP, dan Gavi telah terbukti mampu memantau rantai pasok vaksin COVID-19 selama pandemi.

Senada dengan Dirjen Rizka, Resident Representative of UNDP Indonesia Norimasa Shimomura menyatakan, dengan mengadopsi sistem yang terdapat dalam SMILE, SATUSEHAT Logistik diharapkan dapat membantu pelacakan distribusi vaksin dan obat-obatan.

“SMILE memungkinkan pelacakan digital distribusi vaksin dari provinsi, kabupaten, hingga puskesmas. Sistem monitoring pada SMILE dapat mencegah kelebihan dan kekurangan stok vaksin,” ujar Resident Representative of UNDP Indonesia Norimasa Shimomura.

Bersama dengan UNDP Indonesia dan Gavi, Kemenkes mengelola pengiriman 450 juta dosis vaksin COVID-19 kepada setidaknya 185 juta orang hanya dalam satu tahun.

Baca Juga: Pimpinan Perusahaan Harus Peduli dengan Kesehatan Jiwa Pekerjanya

Saat ini, SMILE membantu mengelola lebih dari 800 juta dosis vaksin dan 100 juta dosis obat di 10.000 fasilitas kesehatan di 38 provinsi. Fungsinya telah diperluas untuk mencakup berbagai komoditas kesehatan, termasuk imunisasi rutin, tuberkulosis, malaria, HIV, rabies, dan pengelolaan limbah medis.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *