Jakarta, serayunusantara.com – Melansir dari laman Kemensos RI, Pengentasan kemiskinan ekstrem menjadi salah satu fokus utama pemerintah. Menteri Sosial Saifullah Yusuf bahkan menyebut Presiden Prabowo sampai menitipkan pesan khusus untuk betul-betul mengurus hal ini.
Namun, untuk mewujudkan hal ini bukan perkara mudah lantaran membutuhkan proses panjang serta sentuhan khusus agar keluarga miskin ekstrem bisa diberdayakan.
“Tidak bisa 100 persen dari yang kita didik berhasil, sukses 10 persen alhamdulillah,” kata Gus Ipul, sapaan akrabnya, saat bertemu dengan perwakilan Mitra Adi Perkasa (MAP) Group Director di kantor Kementerian Sosial (Kemensos), Jumat (31/1/2025).
Kemiskinan Ekstrem adalah kondisi ketidakmampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar, yaitu makanan, air bersih, sanitasi layak, kesehatan, tempat tinggal, pendidikan dan akses informasi terhadap pendapatan dan layanan sosial.
Seseorang dikategorikan miskin ekstrem jika biaya kebutuhan hidup sehari-harinya berada di bawah garis kemiskinan esktrem; setara dengan USD 1.9 PPP (Purchasing Power Parity). PPP ditentukan menggunakan “absolute poverty measure” yang konsisten antar negara dan antar waktu. Dengan kata lain, seseorang dikategorikan miskin ekstrem jika pengeluarannya di bawah Rp10.739/orang/hari atau Rp322.170/orang/bulan (BPS,2021). Sehingga misalnya dalam 1 keluarga terdiri dari 4 orang (ayah, ibu, dan 2 anak), memiliki kemampuan untuk memenuhi pengeluarannya setara atau di bawah Rp1.288.680 per keluarga per bulan (BPS, 2021).
Sehubungan dengan hal ini Gus Ipul berharap keluarga miskin ekstrem dengan usia produktif bisa dididik dan dilatih menjadi “local champion”. “Kalau kita didik 100 orang yang berhasil 10, itu sudah bagus,” katanya.
Ia mengatakan Kemensos memiliki data terpadu yang berisi nama keluarga miskin ekstrem. Ia berharap mereka bisa dididik dan dilatih hingga berdaya. “Kita tingkatkan keterampilan dan produktivitas keluarga miskin,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Mitra Adi Perkasa (MAP) Group Director, Handaka Santosa mengatakan pihaknya memiliki 60 karyawan yang membuat kerajinan di rumah masing-masing. Mereka semua berasal dari keluarga miskin. “Kita sudah pekerjakan keluarga miskin di desa dengan membuat anyaman,” katanya.
Handaka menuturkan peningkatan keterampilan dan kemampuan bagi masyarakat miskin yang dilakukannya telah membuahkan hasil. Sebab, mereka telah memproduksi barang yang hasilnya 100 persen telah diekspor. “Mereka bekerja di rumah, jadi bisa sambil mengasuh anak,” katanya.
Ia mengatakan barang-barang yang akan diekspor biasanya diatur syarat yang ketat. Salah satu aturannya mereka tidak boleh mempekerjakan orang dengan gaji di bawah upah minimum.
Baca Juga: DTSEN Segera Diluncurkan, Kemensos Aktif Terapkan Program Prioritas Presiden
“Kita sudah mempekerjakan keluarga miskin di desa-desa untuk membuat anyaman di rumah sendiri,” katanya.
Merespons hal ini, Gus Ipul ingin keluarga miskin ekstrem dengan usia produktif bisa dipilih untuk dididik dan diberdayakan bersama dengan Mitra Adi Perkasa. Ia berharap bisa dibuat desa percontohannya. “Kita buat daftarnya, jadi mereka diberi pekerjaan di rumah,” katanya.***