Jakarta, serayunusantara.com – Melansir dari laman KemenPPPA RI, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Arifah Fauzi menyambut baik kehadiran Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKUMI) yang diikuti bukan hanya calon ulama laki-laki, tetapi juga calon ulama perempuan. Terlebih di tengah dinamika sosial yang begitu kompleks saat ini, membutuhkan sosok ulama yang memiliki perspektif gender.
“Kita memerlukan kader ulama atau pemimpin masa depan yang tidak hanya memegang teguh ajaran agama, tetapi juga berperan dalam kepemimpinan progresif yang berperspektif gender, memberdayakan perempuan dan melindungi anak Indonesia,” ujar Menteri PPPA di hadapan peserta Studium Generale PKUMI di Aula VIP Masjid Istiqlal, Jakarta (4/2).
Menteri PPPA juga menyampaikan masih banyak tantangan besar yang harus dihadapi untuk mewujudkan kesetaraan gender di Indonesia, salah satunya kekerasan yang masih banyak dialami perempuan dan anak.
Berdasarkan Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional (SPHPN) 2024 sekitar satu (1) dari empat (4) perempuan usia 15-64 tahun di Indonesia pernah mengalami kekerasan fisik dan/atau seksual dari pasangan dan/atau selain pasangan sepanjang hidupnya. Sementara itu, Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) 2024 menunjukkan, sekitar 50,78 persen anak usia 13-17 tahun pernah mengalami kekerasan sepanjang hidup mereka. Persentase anak laki-laki sebesar 49,83 persen sedangkan untuk anak perempuan sebesar 51,78 persen.
Baca Juga: Menteri PPPA Apresiasi Komitmen Polri dalam Penanganan Kekerasan Berbasis Gender Online
“Angka-angka ini mengingatkan kita bahwa perjuangan untuk mengakhiri ketimpangan gender dan kekerasan terhadap perempuan dan anak masih menjadi pekerjaan rumah besar yang harus kita selesaikan bersama-sama,” ujar Menteri PPPA.
Dalam acara yang mengusung tema “Mewujudkan Indonesia Sebagai Kiblat Peradaban Islam Rahmatan li An-Nisa” turut hadir Menteri Agama, Nasaruddin Umar, Ketua Majelis Musyawarah Kongres Ulama Perempuan Indonesia, Badriyah Fayumi, Direktur PKU-MI Prof. Dr. KH. Ahmad Thib Raya, dan Manager Akademik PKU-MI, Nur Rofiah.
Menteri Agama, Nasaruddin Umar turut berpesan kepada para calon ulama agar mampu berpikir kritis dan berani memperbarui pemikiran. “Ulama besar lahir dari mereka yang berani memperbaharui pemikiran dengan tetap berpegang pada kaidah-kaidah yang kuat,” tutur Menteri Agama.
Menteri Agama menambahkan dengan berpikir kritis akan mendorong individu tidak bias gender dalam memandang dan memahami tafsir Al-Quran. Menteri Agama mencontohkan ayat “Ar-Rijaalu Qawwaamuuna ‘ala an-nisa”, yang sering diterjemahkan dan ditafsirkan sebagai laki-laki adalah pemimpin bagi perempuan.
Baca Juga: Menteri PPPA: Pembangunan Perempuan dan Anak, Potensi Capai Indonesia Emas 2045
“Ada pendapat yang mengatakan makna tersebut pemahaman dan penerjemahan yang bias gender. Oleh karena itu, pemahaman yang lebih luas dan mendalam sangat diperlukan agar tidak terjadi monopoli tafsir oleh satu kelompok saja. Sebagai generasi penerus, kaum Muslimin dituntut untuk menguasai ilmu secara menyeluruh, tidak hanya dari aspek ritual, tetapi juga dari sudut pandang linguistik, budaya, dan sejarah. Dengan pemahaman yang mendalam, umat Islam dapat menjaga nilai-nilai agama dengan tetap relevan dalam perkembangan zaman,” jelas Menteri Agama.***