Perbaikan Angka Stunting di Kabupaten Mojokerto Capai 15,3%

Jatim, serayunusantara.com – Wakil Bupati Mojokerto, M. Rizal Oktavian, mengungkapkan bahwa prevalensi stunting di wilayahnya berhasil turun dari 16,2% pada 2023 menjadi 15,3% di 2024.

“Mayoritas kecamatan mencatat penurunan kasus,” jelas Rizal dalam rilis pers, Senin (16/6/2025).

Menurutnya, faktor dominan stunting di Mojokerto meliputi pola makan (87%), pola asuh (45%), serta lingkungan seperti sanitasi dan paparan asap rokok (65%). “Satu kasus stunting bisa dipicu oleh gabungan beberapa faktor,” tegasnya.

Pemkab Mojokerto menargetkan pengurangan desa lokus stunting dari 25 di 2025 menjadi 19 di 2026. Upaya ini didukung peningkatan anggaran melalui APBD, APBN, Dana Alokasi Khusus (DAK), dan CSR perusahaan swasta.

Baca Juga: Ada Jemaah Haji Asal Surabaya yang Diduga Terpapar Covid-19

“Alokasi dana penanganan stunting terus naik sejak 2021,” tambah Rizal.

Kolaborasi Multisektor

Pemkab menjalin MoU dengan 18 KUA untuk pendampingan calon pengantin, serta bermitra dengan STIKES Majapahit, STIKES Dian Husada, dan UBS PPNI dalam intervensi kesehatan.

Dua aplikasi, e-Stunting dan KERISMOJO, dikembangkan untuk memantau data balita, kegiatan TPPS, hingga penyerapan anggaran. Program unggulan seperti SUJU (Susu Jum’at) mendorong konsumsi susu bagi siswa SD/SMP, sementara Gema Pitu (Gerakan Posyandu Terpadu) dan Sinau Penting (inisiatif ASN Kecamatan Dlanggu) fokus pada pencegahan stunting.

Pemanfaatan pangan lokal melalui Pekarangan Pangan Lestari (P2L), pelatihan memasak, dan wisata kuliner di Pacet turut berkontribusi. Dukungan swasta dari PT Multi Bintang, PT BONDVAST, dan Dompet Dhuafa juga digalang untuk bantuan langsung. (Serayu)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *