Gunung Lewotobi Laki-Laki di Nusa Tenggara Timur mengalami peningkatan aktivitas vulkanik. (Foto: Kementerian ESDM RI)
Bandung, serayunusantara.com – Melansir dari laman Kementerian ESDM RI, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan beberapa gunung api di Indonesia mengalami peningkatan aktivitas vulkanik. Untuk itu, Badan Geologi meminta masyarakat tetap tenang, mengikuti arahan pemerintah daerah serta tidak mempercayai informasi yang tidak jelas sumbernya.
Salah satunya Gunung Lewotobi Laki-Laki di Nusa Tenggara Timur. Gunung api tersebut mengalami tiga kali erupsi hingga pukul 08.37 WITA pada Kamis (7/11). Erupsi pertama tercatat terjadi pukul 06.25 WITA, diikuti erupsi kedua pada pukul 06.32 WITA, dan terakhir pukul 08.53 WITA.
“Erupsi terakhir terjadi pukul 08.53 WITA dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 2.500 meter di atas puncak atau 4.084 meter di atas permukaan laut. Kolom abu tampak berwarna kelabu dengan intensitas tebal dan bergerak ke arah barat daya. Aktivitas ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 47,3 mm dan durasi sekitar 2 menit 33 detik,” kata Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid di Bandung, Kamis (7/11).
Status Gunung Lewotobi Laki-Laki, yang saat ini berada di Level IV (Awas), menunjukkan peningkatan aktivitas sejak Kamis (7/11). Pada pukul 06.25 WITA, terjadi erupsi dengan tinggi kolom abu mencapai sekitar 2.000 meter di atas puncak atau sekitar 3.584 meter di atas permukaan laut, disusul erupsi kedua pukul 06.32 WITA.
Wafid mengimbau masyarakat di sekitar Gunung Lewotobi Laki-Laki dan pengunjung untuk tidak melakukan aktivitas dalam radius tujuh kilometer dari pusat erupsi serta mewaspadai potensi banjir lahar yang dapat terjadi apabila hujan deras mengguyur wilayah tersebut.
Baca Juga: Evaluasi Penyaluran Subsidi LPG 3 Kg, BBM, dan Listrik, Tim Kajian Usulkan Sejumlah Opsi
“Pemerintah Daerah diharapkan selalu berkoordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Lewotobi Laki-Laki di Desa Pululera, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, atau dengan PVMBG di Bandung. Kami akan terus berkoordinasi dengan BPBD Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Satlak PB setempat untuk memberikan informasi terkini terkait aktivitas gunung api ini,” tambah Wafid.
Masyarakat dapat menghubungi Pos Pengamatan Gunung Lewotobi atau PVMBG melalui nomor telepon 022-7272606 untuk informasi lebih jelas.
Selain Gunung Lewotobi Laki-Laki, aktivitas vulkanik lainnya juga tercatat di Gunung Dukono di Halmahera, Maluku Utara, pada Kamis (7/11) pukul 05.49 WIT. “Kolom abu teramati setinggi 800 meter di atas puncak atau sekitar 1.887 meter di atas permukaan laut, dengan intensitas tebal berwarna putih hingga kelabu, condong ke arah selatan,” ujar Wafid. Aktivitas ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 20 mm dan durasi 54,51 detik.
Status Gunung Marapi Naik ke Level III (Siaga)
Di Sumatera Barat, status Gunung Marapi yang berada di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar meningkat dari Level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga) sejak 6 November 2024 pukul 15.00 WIB. PVMBG meminta masyarakat, pendaki, dan wisatawan untuk tidak memasuki wilayah dalam radius 4,5 kilometer dari pusat erupsi (Kawah Verbeek).
“Rangkaian erupsi secara tidak kontinu terus terjadi akibat fluktuasi pasokan fluida dari kedalaman tubuh Gunung Marapi. Fluktuasi ini terlihat dari tinggi kolom abu erupsi maupun aktivitas kegempaan,” ungkap Wafid. Dari pengamatan visual, aktivitas erupsi semakin intensif, dengan kolom abu setinggi 2.000 meter pada 27 Oktober 2024 dan 1.500 meter pada 6 November 2024 pukul 05.44 WIB.
Baca Juga: Fokus Benahi Subsidi Tepat Sasaran, Pemerintah Kaji Beberapa Opsi Skema Penyaluran
Kenaikan aktivitas ini juga terpantau dari peningkatan gempa vulkanik dalam (VA) sejak 7 Oktober 2024, yang mengindikasikan pasokan fluida dari kedalaman. “Deformasi inflasi di puncak gunung serta variasi kecepatan seismik menunjukkan adanya tekanan yang meningkat pada tubuh gunung,” jelas Wafid.
Badan Geologi menyimpulkan bahwa aktivitas Gunung Marapi sedang mengalami peningkatan. “Erupsi dapat terjadi sewaktu-waktu sebagai bentuk pelepasan energi yang terkumpul. Jika pasokan fluida terus meningkat, intensitas erupsi juga bisa semakin tinggi,” tambahnya. Wafid juga mengingatkan masyarakat yang bermukim di dekat lembah atau sungai yang berhulu di puncak Gunung Marapi untuk mewaspadai potensi bahaya lahar, terutama selama musim hujan.
“Seluruh pihak diimbau untuk menjaga suasana kondusif, tidak menyebarkan berita bohong, dan tetap mengikuti arahan dari pemerintah daerah,” pungkas Wafid. Badan Geologi sendiri akan terus memantau dan mengevaluasi aktivitas gunung secara berkala.***