Buka Dialog Tingkat Tinggi, Menteri ESDM Tekankan Kembali Urgensi Interkonektivitas Listrik ASEAN

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, pada ASEAN High-Level Dialogue di World Hydropower Congress (WHC) 2023 di Nusa Dua Bali, Selasa (31/10). (Foto: Kementerian ESDM RI)

Bali, serayunusantara.com – Melansir dari laman Kementerian ESDM RI, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, pada ASEAN High-Level Dialogue di World Hydropower Congress (WHC) 2023, menyebutkan kembali tujuan Keketuaan Indonesia pada ASEAN 2023 adalah energi berkelanjutan melalui interkonektivitas. Pengembangan interkonektivitas energi antarnegara ASEAN akan membawa banyak manfaat.

“Manfaat tersebut diantaranya adalah peningkatan realibilitas sistem, peningkatan penetrasi energi terbarukan, dan mengatasi persoalan ketidaksesuaian antara permintaan dan sumber energi,” ujar Arifin di Nusa Dua Bali, Selasa (31/10).

Deklarasi 41st ASEAN Ministers on Energy Meeting (AMEM-41) telah menetapkan target tahun yang aspiratif bagi setiap negara anggota ASEAN untuk saling terhubung melalui ASEAN Power Grid dan Trans ASEAN Gas Pipeline menuju tahun 2045.

“Pengembangan interkonektivitas energi di ASEAN, khususnya melalui ASEAN Power Grid, sangat krusial sebagai tulang punggung pemanfaatan energi terbarukan, meningkatkan ketahanan energi, dan mempercepat transisi energi,” imbuh Arifin.

Baca Juga: Percepat Upaya Transisi Energi, Menteri ESDM Dorong Pemanfaatan Tenaga Hidro

AMEM-41 juga menyepakati Pernyataan Bersama antara negara-negara Brunei Darussalam – Indonesia – Malaysia – Philippines (BIMP) dalam pengembangan Power Integration Project (PIP) pada subregional BIMP. Pernyataan bersama ini untuk melanjutkan pencapaian ASEAN melaui Lao PDR – Thailand – Malaysia – Singapore Power Integration Project (LTMS PIP).

“Deklarasi Bersama AMEM-41 dan Pernyataan Bersama BIMP adalah milestone yang penting bagi kerja sama energi di ASEAN. Negara anggota ASEAN memiliki visi yang sama pada pengembangan sektor energi di masa depan, dengan akselerasi transisi energi dan pencapaian ketahanan energi berkelanjutan,” ujar Arifin.

Indonesia juga berencana untuk membangun Super Grid untuk meningkatkan konektivitas dan mengurangi intermitensi kelistrikan di lima pulau besar Indonesia, yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara-Bali.

“Interkonektivitas ini akan mengoptimalisasikan pemanfaatan sumber energi terbarukan dan menciptakan sistem energi yang andal di seluruh wilayah Indonesia,” tandasnya.

Baca Juga: Hadiri Forum Bioetanol, Menteri ESDM Ungkap Pemanfaatan BBN di Sektor Transportasi

Tenaga hidro, sebagai salah satu potensi energi terbarukan, dapat menjadi pilihan yang unggul untuk menjamin ketahanan energi berkelanjutan di Asia Tenggara. Total potensi energi terbarukan di ASEAN mencapai 17.229 Gigawatt, di mana potensi hidro mencapai 261 GW.

“Pengembangan pembangkit listrik tenaga hidro perlu dilakukan dengan fokus pada keberlanjutan, dengan mempertimbangkan kebutuhan masyarakat sekitar dan kelestarian ekosistem. Lebih lanjut lagi, kita perlu kemajuan teknologi dan perbaikan dalam desain proyek dan manajemen,” tegas Arifin.

Arifin menyampaikan, komitmen yang kuat dari negara anggota ASEAN untuk berintegrasi pada inisiatif pengembangan energi bersih dan terbarukan, termasuk tenaga hidro adalah pondasi yang kuat untuk kesuksesan transisi energi untuk masa depan berkelanjutan.

“Saya ingin menekankan bahwa kesepakatan dan hasil dari dialog ini akan berperan penting dalam menciptakan agenda energi di ASEAN. Rekomendasi dialog ini juga akan menjadi kunci transisi energi kita,” pungkas Arifin.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *