Surabaya, serayunusantara.com – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak, serta Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3A-PPKB) terus berkomitmen untuk mencegah kekerasan dan pekerja anak.
Hal tersebut dilakukan DP3A-PPKB Surabaya salah satunya melalui sosialisasi yang melibatkan relawan/ tokoh masyarakat /jejaring /lembaga pemerhati perempuan dan anak maupun elemen masyarakat lainnya.
Kepala DP3A-PPKB Kota Surabaya, Ida Widayati memaparkan sejumlah upaya yang dilakukan untuk mencegah kekerasan dan pekerja terhadap anak tersebut. Pertama adalah melalui penyelenggaraan Kegiatan Kampunge Arek Suroboyo Ramah Perempuan dan Anak (KAS RPA) untuk menjamin pemenuhan hak dan perlindungan anak secara optimal.
“Kegiatan ini sebagai bentuk upaya pemkot dalam mendukung terciptanya lingkungan yang edukatif, aman, nyaman, ramah, sehat, kreatif dan literat bagi proses tumbuh kembang anak,” kata Ida Widayati, Senin (5/6/2023).
Baca Juga: Menyoal Bakal Ada PJ Gubernur, Kader PMII Surabaya: Mari Mahasiswa Mengawal Aspirasi Rakyat Jatim
Selain itu, Ida menyebut, bahwa pembinaan, pelibatan serta fasilitasi Forum Anak Surabaya dalam berbagai kegiatan juga dilakukan. Di antaranya, melalui pembinaan sebagai pelopor dan pelapor, psikolog cilik, hingga pelibatan forum anak dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang).
“Partisipasi forum anak juga mendorong partisipasi anak dalam pembangunan dan juga sebagai jembatan komunikasi dengan pemerintah,” ujar dia.
Sejumlah terobosan lain juga dilakukan DP3A-PPKB Surabaya dalam upaya mencegah kekerasan dan pekerja anak. Seperti di antaranya melalui pelatihan konvensi hak anak bagi satuan pendidikan, satuan kesehatan hingga unsur Perangkat Daerah (PD). “Selain itu juga dilakukan pelatihan kader bina keluarga balita dengan sasaran orang tua yang memiliki balita,” ungkapnya.
Di samping itu, Ida menjabarkan, bahwa DP3A-PPKB Surabaya juga memiliki program bertajuk sosialisasi dinamika remaja. Kegiatan sosialisasi ini sebagai bentuk deteksi dini permasalahan dan potensi terhadap siswa-siswi di tingkat SD dan SMP, MI sederajat.
“Sosialisasi dinamika remaja melibatkan akademisi, psikolog, Aparat Penegak Hukum (APH) hingga Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),” paparnya.
Tak hanya melakukan sosialisasi dinamika remaja di lingkungan sekolah. Ida menyebut, jika Pemkot Surabaya juga memiliki program Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) Goes To School. Dimana program ini bertujuan untuk mempromosikan sekaligus memberikan edukasi kepada siswa mengenai Puspaga.
“Ada pula promosi, sosialisasi serta Kelas Inspirasi bersama Wali Kota Surabaya. Selain itu, kita juga melakukan pembentukan dan penyelenggaraan Puspaga RW di 20 titik Balai RW,” jabarnya.
Baca Juga: Jokowi ke Papua Seharusnya Turut Dengar Suara Masyarakat untuk Akhiri Kekerasan
Sementara itu, Kepala Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak DP3A-PPKB Kota Surabaya, Thussy Apriliyandari memaparkan sejumlah kegiatan dan layanan di Puspaga. Di antaranya, layanan konseling/ konsultasi permasalahan keluarga dan anak.
“Kemudian, melakukan bimbingan masyarakat melalui kelas calon pengantin dan kelas parenting. Lalu, promosi sosialisasi edukasi melalui talk show, instagram live dan webinar,” kata Thussy.
Di sisi lain, Thussy mengungkapkan, jika di Puspaga Surabaya pemkot juga menyediakan beragam ruangan. Mulai dari ruang observasi, ruang konseling, ruang bermain, ruang serbaguna, ruang Laktasi, ruang tunggu.
“Kita juga melakukan publikasi dokumentasi terkait keluarga melalui instagram, facebook dan youtube. Termasuk pula melakukan publikasi KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) terkait Perlindungan Perempuan dan Anak melalui media cetak dan elektronik,” pungkasnya. (*)