Jakarta, serayunusantara.com — Melansir dari laman Kemenag RI, Kementerian Agama menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Evaluasi Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 1445 H/2024 M. Kegiatan yang diselenggarakan di Jakarta, pada 7-10 Agustus 2024 ini diikuti seluruh stakeholder perhajian mulai dari daerah hingga pusat.
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas yang hadir membuka kegiatan tersebut mengingatkan jajarannya, bahwa evaluasi penting dilakukan guna memberikan peningkatan kualitas layanan di masa mendatang. Menag pun meminta jajarannya untuk membahas secara detail tiap permasalahan yang potensial akan kembali muncul di penyelenggaraan ibadah haji 2025, salah satunya terkait kepadatan Mina.
“Saya selalu mengingatkan devil is in the details. Kita harus melihat secara detail agar mengetahui kekurangannya, jangan kasih celah sedikit pun. Terkait Mina ini, saya juga sudah sempat mendiskusikan ini dengan Menteri Haji. Mengapa tenda di Mina tidak dibuat double deck agar bisa menampung lebih banyak jemaah,” tutur Menag Yaqut Cholil Qoumas di Jakarta, Rabu (7/8/2024).
“Tanggapan beliau, mungkin itu akan mulai dilakukan dua tahun lagi. Artinya, tahun depan kondisinya masih sama seperti tahun ini. Maka penting bagi kita agar bisa menyikapi ini. Saya minta skema tanazul dibahas secara detail dan sistemik untuk dapat mengatasi kepadatan ini,” imbuh Menag.
Tanazul, menurut Menag dapat menjadi solusi mengatasi kepadatan Mina layaknya Murur yang kemudian menjadi jalan keluar kepadatan di Muzdalifah. “Saya minta Pak Dirjen beserta jajaran agar memikirkan bagaimana Tanazul ini bisa kita terapkan secara sistemik dan menjadi solusi atas kepadatan Mina ini,” tandas pria yang biasa disapa Gus Men ini.
Baca Juga: Rakernas Evaluasi, Menag Minta Bahas Enam Upaya Peningkatan Kualitas Haji
Tanazul adalah memisahkan diri dari rombongan atau kelompok terbang (kloter). Dalam ibadah haji, istilah tanazul sering digunakan untuk menyebut jemaah yang proses kepulangannya tidak berbarengan dengan rombongannya, bisa pulang lebih awal (tanazul dini) atau lebih akhir. Dalam konteks mabit di Mina, tanazul dipahami sebagai jemaah yang memisahkan diri dari rombongannya di kloter untuk pulang lebih awal ke hotel di Makkah, tidak tinggal di tenda Mina. Mereka yang ambil pilihan kembali ke hotel ini kemudian akan mabit di sekitar jamarat. Selama ini, tanazul saat Mabit di Mina dilakukan oleh Jemaah secara sendiri-sendiri. Ke depan, Menag berharap ini bisa dilakukan secara lebih sistemik dan terukur.
Selain kepadatan Mina, Gus Men juga meminta forum Rakernas membahas sejumlah isu lainnya, seperti perbaikan strategi Murur hingga peningkatan ekosistem ekonomi perhajian. Terkait Murur, Menag minta agar hal itu sudah dipersiapkan sejak awal penyelenggaraan. Untuk itu, sejak awal harus sudah bisa diidentifikasi berapa jemaah yang akan mengikutinya sehingga persiapan juga bisa dilakukan sejak dini.
Terkait ekosistem ekonomi haji, Menag minta ke depan bisa dilakukan lebih optimal. Tahun ini, Indonesia berhasil mengeskpor lebih 70 ton bumbu nusantara untuk memenuhi kebutuhan katering jemaah haji. Jumlahnya masih relatif kecil dibanding potensi kebutuhan yang mencapai 300 ton. Selain itu, diekspor juga 1,7 juta kemasan makanan siap saji untuk jemaah haji tahun ini. Secara jumlah, ini juga masih bisa ditingkatkan karena potensi kebutuhannya mencapai lima sampai enam juta.
“Presiden Jokowi berulang kali menyampaikan, haji ini jangan hanya cash out tapi harus juga cash in. Jadi harus ada yang kembali dan bermanfaat bagi kesejahteraan bangsa dan negara,” papar Menag.
“Potensinya masih sangat besar. Kita semua berharap tahun mendatang bisa lebih optimal lagi, baik terkait pengadaan bumbu, makanan siap saji, lauk pauk, maupun potensi lainnya,” tutur Gus Men.***