Blitar, serayunusantara.com – Di tengah menjamurnya restoran modern dan kafe kekinian, warung makan sederhana dengan menu masakan rumahan justru tetap menjadi tujuan favorit masyarakat.
Cita rasa autentik yang mengingatkan pada masakan di rumah menjadi alasan banyak orang memilih kembali ke kuliner tradisional.
Warung-warung yang mengandalkan masakan rumahan biasanya menyajikan menu lengkap dari pagi hingga sore.
Baca Juga: Harga Bahan Makanan di Pasar Legi Kota Blitar Terus Melonjak, Konsumen Mengeluh
Pelanggannya pun beragam, mulai dari pekerja kantoran yang membutuhkan sarapan cepat, ibu rumah tangga yang mencari hidangan siap saji, hingga pelajar yang ingin makan siang bergizi dengan harga ramah di kantong.
Aroma masakan yang langsung tercium sejak pagi sering kali menjadi magnet yang mengundang orang untuk berhenti dan mencicipi hidangan.
Salah satu pembuat makanan rumahan, Dian Utami, menyebutkan bahwa tren ini bukan sekadar soal selera, tetapi juga nostalgia.
“Masakan rumahan punya unsur emosional. Banyak orang rindu cita rasa sederhana yang akrab di lidah, bukan sekadar makanan berkonsep kekinian. Itu yang membuat warung tradisional tetap bertahan,” ungkapnya.
Baca Juga: Makanan Tradisional Masih Diminati, Cenil di Pasar Sumberpucung Malang Jadi Bukti
Suasana akrab juga menjadi bagian dari daya tarik. Interaksi hangat antara penjual dan pelanggan menciptakan hubungan informal yang jarang ditemukan di restoran besar.
Banyak pelanggan yang menganggap warung masakan rumahan sebagai tempat untuk makan sekaligus beristirahat sejenak dari aktivitas harian.
Salah satu pelanggan, Sofyan, mengaku memilih makan di warung tradisional karena rasanya konsisten dan harganya terjangkau.“Saya bisa makan enak tanpa khawatir kantong jebol. Rasanya kayak masakan di rumah sendiri,” tuturnya. (ke/serayu)







