Festival Mangrove Jatim VII 2025, Gubernur Khofifah Ajak Masyarakat Jaga Ekosistem Pesisir

Jatim, serayunusantara.com – Festival Mangrove Jawa Timur VII tahun 2025 kembali digelar di Pantai Bahak, Kabupaten Probolinggo, Selasa (19/8/2025). Pada kesempatan ini, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengajak masyarakat untuk terus menjaga kelestarian lingkungan, khususnya ekosistem mangrove.

Khofifah menekankan pentingnya keberadaan mangrove yang berfungsi melindungi daratan dari abrasi sekaligus menjaga keseimbangan ekosistem laut. “

Hidup itu harus memberi kehidupan, urip iku urup. Kita hidup sekaligus memberi manfaat, termasuk bagi laut dan pesisir. Karena itu, pelepasliaran burung dan kepiting yang kita lakukan hari ini merupakan bagian dari ikhtiar bersama memperkuat ekosistem pesisir,” ujarnya.

Berdasarkan Peta Mangrove Nasional 2024 yang ditetapkan KLHK, Jawa Timur tercatat memiliki luasan mangrove terbesar di Pulau Jawa, yakni 30.839,3 hektare. Menurut Khofifah, capaian tersebut harus diimbangi dengan aksi nyata dalam menjaga kelestarian mangrove yang memberi manfaat besar bagi masyarakat pesisir.

Festival kali ini dikemas dalam beragam kegiatan edukatif dan budaya, mulai dari pemberian penghargaan kepada tokoh peduli lingkungan, fashion show batik dengan pewarna alami mangrove, hingga penanaman 17.845 pohon mangrove di kawasan Pantai Bahak.

Selain itu, juga dilakukan pelepasliaran burung air dan kepiting ke habitatnya sebagai upaya menjaga keseimbangan ekosistem.

Baca Juga: Gubernur Khofifah Tekankan Pentingnya Kolaborasi dan Sinergi ASN

Bupati Probolinggo Mohammad Haris menyambut baik terpilihnya Pantai Bahak sebagai lokasi festival. Ia menilai kawasan ini merupakan habitat penting mangrove sekaligus sarana edukasi lingkungan.

“Pantai Bahak adalah rumah mangrove yang melindungi daratan dari abrasi, menjaga laut, sekaligus menjadi media pembelajaran bagi anak-anak tentang pentingnya ekosistem berkelanjutan,” ungkapnya.

Festival Mangrove Jatim VII diharapkan tidak sekadar menjadi agenda seremonial, tetapi juga momentum memperkuat konservasi, meningkatkan kesadaran publik, dan meneguhkan komitmen menjaga ekosistem mangrove untuk generasi mendatang. (Serayu)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *