Festival Panahan Unik, Gunakan Gaya dan Baju Tradisional se-Indonesia

Ratusan pemanah dari seluruh Indonesia berkumpul mengikuti Festival Panahan Tradisional – Jogjakarta (Jogja- Traditional Archery Festival) (Foto: Pemkot Yogyakarta)

Umbulharjo, serayunusantara.com – Melansir dari laman Pemkot Yogyakarta, ratusan pemanah dari seluruh Indonesia berkumpul mengikuti Festival Panahan Tradisional – Jogjakarta (Jogja- Traditional Archery Festival) yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata DIY didukung Puro Pakualaman dan Persatuan Panahan Indonesia (Perpani DIY), Sabtu (17/6) di Lapangan Panahan Kenari Yogyakarta. Selain itu, kegiatan ini sekaligus dalam rangka memperingati Hadeging Kadipaten Pakualaman ke-211 Masehi.

Acara ini menjadi menarik dan unik karena para peserta yang ikut menggunakan baju khas daerah masing-masing. Tak terkecuali Penjabat Walikota Yogyakarta Singgih Raharjo yang menggunakan busana Jawa lengkap dengan blangkon ikut mencoba dan merasakan panahan tradisional tersebut. Ia mengungkapkan, kegiatan ini rutin dilakukan agar para pemanah tradisional di seluruh Indonesia melestarikan serta ini menjadi awal adanya Festival Panahan Tradisional bertaraf Internasional.

”Ini merupakan wahana bertemunya para pemanah tradisional di seluruh Indonesia untuk bersama-sama melestarikan panahan. Selain itu, kami rencanakan akan mengadakan festival panahan tradisional bertaraf Internasional,” jelas Singgih.

Singgih menambahkan, panahan tradisional termasuk kegiatan olahraga khas Kerajaan Mataram atau dikenal dengan jemparingan gaya Mataram Ngayogyakarta. Busur panah nya pun terbuat dari bahan yang ramah lingkungan yakni terbuat dari kayu dan bambu bukan menggunakan material buatan pabrik.

Baca Juga: Diresmikan Presiden, Jembatan Kretek 2 Perkuat Jalur Jalan Lintas Selatan Jawa

“Panahan tradisional ini menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan baik dari busur, gendewa dan targetnya. Menjadi unik dan menarik lagi karena semua pemanah menggunakan pakaian tradisional masing-masing daerahnya. Selain itu, saat memanah pun juga memiliki keunikan masing-masing, ada yang berdiri dan duduk, nah ini yang perlu terus dilestarikan,” ujarnya.

Ia berharap, panahan tradisional ini tidak hanya dikenal oleh warga lokal namun hingga mancanegara.

Sementara itu, salah satu peserta dari Komunitas Taman Sriwedari Surakarta Eddy Roostopo mengungkapkan, bangga dan senang masih banyak yang ikut melestarikan panahan tradisional ini.

Selain itu, Eddy Roostopo ini merupakan atlet panahan tradisional yang meraih satu medali emas, satu perak, dan dua perunggu dengan rekor jarak 50 meter pada PON XI tahun 1985 di Jakarta.

Baca Juga: Lihat Awal Zulhijah 1444 H, Kemenag akan Gelar Rukyatulhilal di 99 Titik

“Saya ingin menyebar virus jemparingan di seluruh nusantara. Sehingga mereka bisa jemparingan. Tidak hanya jemparingan dengan gaya Mataram, monggo silahkan dari berbagai daerahnya bisa diterapkan,” katanya.

Menurutnya, panahan tradisional ini juga dibutuhkan oleh siswa-siswi mulai dari Sekolah Dasar (SD). Sebab dengan belajar memanah anak menjadi fokus.

”Terutama anak-anak dari SD sudah belajar memanah. Panahan tradisional ini membuat anak menjadi  fokus/konsentrasi dalam menerima pelajaran di sekolah dan nilai akan bagus. Selain itu, untuk para pekerja pun bisa refreshing disini, sebab dapat menambah ketelitian dalam pekerjaan, ini sungguh sangat luar biasa jika diikuti,” jelasnya.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *