Ini Refleksi Berbagai Agama dalam Peringatan HUT RI ke-79

Refleks kemerdekaan (Foto: Kemenag RI)

Jakarta, serayunusantara.com — Melansir dari laman Kemenag RI, Pengurus Pusat Ikatan Penyuluh Agama Republik Indonesia (IPARI) menggelar webinar Refleksi Syukur Nasional dan Doa Bersama untuk Negeri, Peringatan HUT Ke-79 Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 2024 bertema ‘Nusantara Baru lndonesia Maju’ di Jakarta, Jumat (16/8/2024). Refleksi tersebut menjabarkan makna kemerdekaan bagi penyuluh dari berbagai perspektif agama besar di Indonesia, seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu.

Direktur Jenderal (Dirjen) Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) Kemenag, Kamaruddin Amin merefleksikan rasa syukur Penyuluh Agama Islam atas hari kemerdekaan ke-79 Republik Indonesia.

“Sebagai bangsa, kita patut berbangga dan bersyukur hidup di negara yang konstitusinya mendukung dan menjamin warga negara untuk menjalankan agamanya masing-masing,” ungkapnya.

Ia mengajak semua pihak, termasuk penyuluh agama, untuk meningkatkan kualitas kinerja, sehingga dapat memberi kontribusi pada negara. “Mari berkomitmen untuk terus menjaga keindonesiaan kita dengan meningkatkan kualitas kinerja, agar berkontribusi positif untuk agama, negara, dan bangsa ini,” ajaknya.

Penyuluh, imbuh Kamaruddin, harus menjadi driving force, entitas dan komunitas yang memberi dampak positif yang fundamental dan berkelanjutan dalam berbangsa dan bernegara. Penyuluh, menurutnya, dapat berkontribusi melalui kerja-kerja positif yang manfaatnya dirasakan langsung oleh masyarakat.

Baca Juga: Ada Indikasi Pelanggaran Pengaturan Kuota Haji oleh Menag

“Tugas-tugas penyuluh semakin hari semakin banyak. Meski demikian, penyuluh bisa mengambil peluang dan kesempatan untuk berbuat baik dan berbakti pada masyarakat, lingkungan, bangsa, bahkan dunia,” tambahnya.

Kamaruddin juga menyoroti peran penyuluh dalam meningkatkan kualitas keberagaman masyarakat Indonesia. Kualitas keberagaman masyarakat, menurutnya, diwarnai kinerja para penyuluh. “Jika kita mengukur kualitas keagamaan di Indonesia, hal itu akan sangat berkorelasi dengan kualitas kinerja penyuluh agama di lapangan, apa pun agamanya,” jelasnya.

Terakhir, Kamaruddin mengungkapkan rasa syukur bahwa sampai saat ini, semua pihak, termasuk penyuluh, terus berkomitmen menjaga agama, negara, dan bangsa. “Sejumlah program dan aktivitas yang dilakukan para penyuluh dari 2023-2024 ini menunjukkan hal yang positif. Namun, (hasil dan kinerja) tahun ini harus lebih baik dari tahun kemarin,” pungkasnya.

Perspektif Kristen

Dirjen Bimas Kristen, Jeane Maria Tulung diwakili Direktur Urusan Agama Kristen, Amsal Yowei merefleksikan rasa syukur dalam perspektif Kristen atas kemerdekaan Republik Indonesia ke-79.

Menurut Amsal Yowei, refleksi dan syukur penyuluh agama atas kemerdekaan harus mengacu pada firman Tuhan dalam Galatia 5:13. “Memang kamu dipanggil untuk merdeka, tapi jangan kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan hidup dalam dosa, tapi layanilah seseorang dalam kasih-Nya,” tutur Amsal.

Baca Juga: Kemenag Rancang Omnibus Law Pengelolaan Zakat untuk Penanggulangan Kemiskinan

Bagi para penyuluh agama, imbuh Amsal, kemerdekaan menjadi sebuah momentum yang sangat berarti, sebab diraih dari perjuangan dan pengorbanan pahlawan bangsa ini. “Bagi umat Kristen, peringatan kemerdekaan ini seharusnya juga menjadi momentum untuk memperkuat rasa syukur atas kebebasan yang dimiliki, baik dari sisi politik dan rohani,” jelasnya.

Perspektif Katolik

Dirjen Bimas Katolik, Suparman diwakili Direktur Urusan Agama Katolik Aloma Sarumaha merefleksikan syukur atas kemerdekaan Republik Indonesia ke-79 dalam perspektif Katolik. Aloma mengatakan, penyuluh agama merupakan orang yang dipilih untuk melaksanakan tugas negara dan agama.

“Kalau kami di Katolik, (penyuluhan) tentu tugas negara agar membantu umat agar semakin hari semakin khusyuk, rukun, dan saling menghargai. Penyuluh berperan dalam meningkatkan pengetahuan, penghayatan, pemahaman, dan nilai agama dan tindakan beragama umat. Karenanya, dibutukan kesungguhan hati, dedikasi, dan rasa tanggungjawab dari seorang penyuluh,” jelasnya.

Penyuluh, imbuhnya, memiliki tanggungjawab besar dalam mengupayakan moderasi beragama di masyarakat. Penyuluh berperan dalam meningkatkan komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, dan penerimaan terhadap budaya.

“Penyuluh menjadi instrumen kerukunan. Penyuluhlah orang yang mengedukasi dan menyosialisasikan bagaimana agama dijalankan untuk membangun, membantu pembangunan. Saling membantu satu sama lain,” tegasnya.

Baca Juga: 834 Santri Lolos Seleksi Beasiswa, Menag: Investasi Dana Abadi Pesantren untuk Negeri

Terakhir, Aloma meminta penyuluh untuk menjadi air penenang, bukan jadi api di tengah-tengah keributan dan kekacauan jika terjadi konflik di masyarakat. “Setiap bertemu persoalan di lapangan, lokalisir sedemikian rupa. Viralkan hal-hal positif, dan lokalisir hal negatif,” jelasnya.

Perspektif Hindu

Dirjen Bimas Hindu, I Nengah Duija merefleksikan syukur atas kemerdekaan Republik Indonesia ke-79 dalam perspektif Hindu. Menurutnya, kesalehan sosial menandakan kesalehan agama. Hal itu tercermin dalam menciptakan perdamaian di lingkungan yang ditempati, meski memeluk agama, bahasa, dan wilayah yang berbeda.

I Nengah mengajak para penyuluh untuk berkontribusi dan menginspirasi dalam membentuk akhlak dan karakter bangsa. “Saya apresiasi penyuluh di seluruh Indonesia. Meski kita yang dalam perbedaan, tapi kita satu visi untuk membangun Nusantara baru, Indonesia maju,” jelasnya.

Terakhir, ia meminta penyuluh untuk menjadi garda terdepan dalam mengawal perbedaan. “(Perbedaan) ini mejadi sebuah kekuatan untuk berkontribusi pada negara. Semoga kita diberi kesehatan dan kebahagian agar bisa memajukan negara ini dalam berbagai perspektif agama masing-masing,” pungkasnya.

Perspektif Buddha

Dirjen Bimas Buddha, Supriyadi mengatakan, kehidupan masyarakat Indonesia semakin damai dan rukun. Hubungan dan kerukunan antaragama yang semakin baik, menurutnya, tidak terlepas dari peran penyuluh agama. Kondisi tersebut harus dirawat dan diupayakan bersama.

Baca Juga: Menag Sebut Keterlibatan Masyarakat Jadi Kunci Sukses Gerakan Keluarga Maslahat

“Tetaplah menjadi perekat, bukan penyekat. Penyuluh agama tetaplah memberi solusi, bukan menjadi polusi. Semoga keberadaan penyuluh ditingkatkan peran serta makin mengakar di tengah masyarakat,” jelasnya.

Perspektif Konghucu

Sementara itu, Kepala Pusat Bimbingan dan Pendidikan Konghucu Susari berharap, peran penyuluh sebagai pemersatu bangsa, terus bergandeng tangan dan kompak berjuang demi mencapai Indonesia yang adil dan makmur.

“Penyuluh agama dapat memainkan peran strategis dalam memajukan bangsa, dan berperan aktif dalam mangatasi problematika yang dihadapi masyarakat. Penyuluh diharapkan dapat memperkuat kesatuan sebagai manifestasi dari keimanan pada Tuhan Yang Maha Kuasa,” jelasnya.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *