Inovasi Biosaka di Kabupaten Blitar Dapat Perhatian Profesor IPN dan ITB

Petani yang ada di sawah.(foto: erlianzakia/pixabay)

Blitar, serayunusantara.com | Petani asal Kabupaten Blitar berhasil membuat inovasi yang memantik perhatian dua akademisi, Profesor Iswandi Anas asal Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Profesor Robert Manurung asal Institut Teknologi Bandung (ITB) datang ke Blitar.

Petani yang berhasil membuat inovasi tersebut bernama Muhammad Ansar. Petani asal Kecamatan Wates itu menemukan Biosaka yang bisa membuat panen dari petani melimpah ruah.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertapa) Kabupaten Blitar, Wawan Widianto menjelaskan, Biosaka merupakan nutrisi tambahan bagi tanaman yang berasal dari rerumputan yang dicampur dengan air lalu dihancurkan.

“Setelah sudah jadi bisa langsung diberikan ke semua jenis tanaman. Rumput yang digunakan harus yang sehat dan tidak tercampur bahan kimia. Masa pertumbuhan rumput berada di fase vegetatif atau generatif juga harus diketahui,” kata Wawan, Rabu (2/11/2022).

Baca Juga : Jaga Ketahanan Pangan, Dispertapa Kabupaten Blitar Kendalikan Alih Fungsi Lahan

Baca Juga : Ini Buktinya Dispertapa Kabupaten Blitar Siap Kembalikan Kejayaan Tembakau Selopuro

Menurut Wawan, saat ini penerapan Biosaka sudah dilakukan oleh sekitar 1.000 hektare lahan. Jumlah itu bisa saja bertambah apabila manfaat Biosaka bisa dimanfaatkan oleh petani

“Kalau memang bisa bermanfaat, Biosaka bisa membantu petani mendapatkan nutrisi tanaman dengan biaya yang sangat terjangkau,” ujarnya.

Selain menambah kesuburan tanaman, lanjut Wawan, Biosaka juga bisa menekan serangan hama. Pengaplikasiannya terbukti mampu mengendalikan serangan hama dan penyakit.

Wawan menjelaskan, saat dirinya dan petani penemu Biosaka bertemu dua akademisi dari IPB dan ITB itu membahas lebih dalam manfaat dari Biosaka, serta mengetahui lebih dalam terkait teori ilmiahnya.

“Sudah barang tentu, apabila memang mempunyai manfaat, Biosaka akan dipromosikan. Di sisi lain juga akan dicari tahu penelitian terkait Biosaka untuk menjelaskan secara ilmiah,” lanjut Wawan.

Terakhir, Wawan mendorong petani di Kabupaten Blitar untuk terus berinovasi dalam bertani secara organik. Selain itu juga menyelenggarakan kegiatan yang bersifat pelatihan kepada petani.

“Kami mendorong petani berinovasi, dan menciptakan budidaya tanaman yang ramah terhadap lingkungan. Sehingga tidak ada permasalahan kelangkaan pupuk dan serangan hama dan penyakit yang tak terkendali,” pungkasnya.(adv/jun)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *