Jelang Armuzna, Jemaah Diimbau Batasi Aktivitas Fisik agar dapat Beribadah dengan Sehat

Tim asistensi Kemenkes RI berkumpul di Ruang M Klinik Kesehatan Haji Makkah untuk membahas persiapan terkait penyelenggaraan ibadah haji tahun ini, Rabu (12/6) pagi. (Foto: Kemenkes RI)

Makkah, serayunusantara.com – Melansir dari laman Kemenkes RI, Tim asistensi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI berkumpul di Ruang M Klinik Kesehatan Haji Makkah untuk membahas persiapan terkait penyelenggaraan ibadah haji tahun ini, Rabu (12/6) pagi. Tim ini dipimpin oleh Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan dr. Azhar Jaya, SKM, MARS.

Dalam pertemuan tersebut, dr. Azhar Jaya menekankan pentingnya hubungan yang baik antara Tenaga Kesehatan Haji Kloter (TKHK) dan pembimbing ibadah haji. Ia menambahkan, TKHK dan pembimbing ibadah haji juga harus sepakat bahwa sebagian besar jemaah Indonesia memiliki risiko kesehatan tinggi.

“Memang ada orang yang mau meninggal di Makkah, tapi tugas kita adalah membawa kembali mereka ke Indonesia dengan selamat,” kata dr. Azhar Jaya.

Lebih lanjut, dr. Azhar menjelaskan, peningkatan angka kematian menunjukkan kondisi fisik jemaah yang tidak prima. Untuk itu, Ditjen Yankes Kementerian Kesehatan bersama Kementerian Agama akan mengambil kebijakan untuk mengkoordinasikan pembatasan aktivitas umrah.

Ia menyarankan jemaah berisiko tinggi cukup dua kali umrah yang terdiri dari satu umrah wajib dan satu umrah sunnah. “Terlebih, untuk 3 hari ke depan umrah sebaiknya dihentikan supaya kondisi prima menjelang Armuzna dan jemaah bisa melaksanakan ibadah puncak haji,” kata dr. Azhar.

Baca Juga: Wamenkes Prof Dante Tekankan Obat Harus Sampai ke Daerah Terpencil

Kepada jemaah yang tidka dalam kategori risiko tinggi, dr. Azhar menyarankan agar menunaikan shalat di Masjidil Haram maksimal dua kali sehari agar tidak mengabaikan waktu makan di hotel.

Sementara itu, Direktur Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Dr.dr. Iwan Dakota, Sp.JP (K) mengatakan, pembatasan aktivitas fisik yang berlebihan ini perlu dilakukan karena banyaknya kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung. Upaya lain yang perlu dilakukan terkait kematian karena jantung, yakni menjaga keteraturan konsumsi obat.

“Tugas kita adalah mengantar jemaah sebaik mungkin untuk melaksanakan puncak haji membatasi aktifitas fisik yang berlebih dan jangan lupa untuk meminum obat secara teratur,” kata Dr. dr. Dakota, Sp.JP (K).

Pada kesempatan tersebut, Dokter Pendidik Klinis Ahli Madya dari RSUP Persahabatan dr. Muhamad Fahmi Alatas, Sp.P(K) mengatakan, jemaah haji Indonesia memiliki semangat tinggi dalam menjalankan ibadahnya. “Bukan hanya wajib tapi yang sunnahnya juga, bahkan melebihi dari jemaah negara lain,” kata dia.

Namun, dokter Fahmi menyarankan jemaah haji untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan dengan udara terbuka untuk menghindari kelelahan yang dapat menurunkan imunitas sehingga mudah terinfeksi. Ia juga meminta jemaah haji untuk segera berobat saat memiliki gejala seperti batuk.

Baca Juga: Kemenkes Percepat Pemenuhan Hak Masyarakat Dalam Layanan Kesehatan

“Jangan menunggu sampai parah, dan mulai berhenti merokok saat menjalankan ibadah haji dan diteruskan ketika kembali ke Tanah Air,” kata dia.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *