Jakarta, serayunusantara.com – Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif (Kementerian Ekraf/Badan Ekraf) menegaskan komitmennya dalam mendukung pengembangan kekayaan intelektual (IP) lokal, termasuk Pipilaka, sebagai pelopor karya animasi berbasis sosial dan lingkungan. Dukungan ini disampaikan dalam pertemuan yang digelar di Gedung Menara Merdeka, Jakarta, pada Kamis, 6 Maret 2025.
Pipilaka, yang bernaung di bawah Yayasan Pipilaka, berfokus pada penyelenggaraan kegiatan edukasi, sosial, budaya, dan seni. Programnya bertujuan mengembangkan animasi lokal dengan pendekatan berbasis lingkungan dan kemanusiaan. Dalam pertemuan tersebut, Menteri Ekonomi Kreatif (Menekraf) Teuku Riefky Harsya dan Wakil Menteri Ekonomi Kreatif (Wamenekraf) Irene Umar menekankan pentingnya penguatan ekosistem industri animasi nasional melalui pengembangan IP lokal.
“Semakin banyak animator, semakin kaya sisi kreativitasnya. Animasi membutuhkan agent of creativity, dan kemampuan animator lokal sudah tak diragukan lagi,” ujar Menekraf Riefky.
Wamenekraf Irene menilai Pipilaka memiliki potensi besar dalam membangun ekosistem animasi yang maju, terutama dari sisi teknologi.
“Pipilaka adalah fundraising people, sehingga kita bisa menghubungkannya dengan aset-aset yang sudah ada. Meski fokusnya lebih ke anak-anak, tindakan kecil ini punya makna besar bagi generasi mendatang. Setelah IP lokal tercipta, bisa dikembangkan menjadi merchandise atau berkolaborasi dengan IP lokal lain yang sudah ternama,” kata Irene.
Baca Juga: Kemenekraf Bahas Pengembangan Industri Gim Lokal Bersama AGATE Indonesia
Lebih lanjut, Irene menyebutkan bahwa berbagai aktivasi dan venue dapat mengakomodasi karya animasi Pipilaka.
“Pipilaka bisa menghadirkan short video animation untuk KAI dan Bandara Soekarno-Hatta agar karya animator lokal lebih terlihat. Ada juga venue di Taman Ismail Marzuki dan Kota Tua Jakarta yang bisa dimanfaatkan untuk pameran imersif. Animasi Pipilaka tak hanya memiliki aspek bisnis, tetapi juga sosial, sehingga pengembangan IP lokal dapat memberikan dampak lebih luas,” tambahnya.
Nama Pipilaka berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti semut. Filosofi Pipilaka mencerminkan nilai gotong royong, di mana tindakan kecil dapat menghasilkan dampak besar. Yayasan ini berfokus pada penyelenggaraan acara seni edukatif yang mendukung berbagai tujuan kemanusiaan dan lingkungan, dengan melibatkan anak-anak melalui format animasi maupun live action.
“Kami melihat anak-anak Indonesia memiliki kreativitas tinggi di bidang animasi. Mereka hanya butuh tools dan kesempatan untuk belajar. Pipilaka terus mengembangkan sekolah animasi seperti DOES University, yang merupakan sekolah bakat non-formal dan non-komersial. Kami berharap dapat berkolaborasi dengan Kementerian Ekraf/Badan Ekraf untuk meningkatkan visibility,” ujar Wahyadi Liem, Founder Pipilaka.
Dukungan dari Kementerian Ekraf/Badan Ekraf diharapkan semakin memperkuat semangat Pipilaka dalam mengembangkan IP lokal melalui berbagai acara kreatif berbasis konsep imersif. Dalam pertemuan ini, Pipilaka Foundation juga mempresentasikan program-program kreatif yang akan dijalankan ke depan, di mana setiap karya dan kegiatan yang dihasilkan akan didonasikan kembali untuk DOES University. (Serayu)