Menkes RI Budi Gunadi Sadikin saat memberi sambutan pada Peluncuran Gerakan Perubahan Budaya Kerja Kementerian Kesehatan. (Foto: Kemenkes RI)
Jakarta, serayunusantara.com – Melansir dari laman Kemenkes RI, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI melakukan transformasi kesehatan melalui enam pilar transformasi kesehatan sejak 2021. Sejak transformasi Kemenkes telah mencapai banyak hal seperti penemuan kasus tuberkulosis (TB).
Capaian tersebut didukung oleh transformasi organisasi dan budaya kerja yang dilakukan oleh Internal Transformation Office sejak awal 2022. Tugas utama Internal Transformation Office, yakni melakukan perubahan budaya kerja agar pelaksanaan transformasi kesehatan dapat dilakukan berkesinambungan.
Transformasi organisasi dan budaya kerja ini berlanjut pada 2024. Tahun ini, Kemenkes mencanangkan periode akselerasi transformasi internal melalui sembilan program akselerasi.
Dua program di antaranya program perubahan budaya kerja dan rebranding identitas kemenkes yang diluncurkan di halaman kantor Kementerian Kesehatan, Senin (19/2/2024).
Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin dalam sambutannya menyampaikan, transformasi organisasi dan budaya kerja sebagai pilar ketujuh transformasi kesehatan merupakan transformasi untuk internal Kemenkes dan bukan untuk umum. Transformasi internal ini demi menciptakan kualitas insan Kemenkes yang hebat sehingga tujuan dan cita-cita bangsa dapat terwujud.
Baca Juga: Bey Machmudin Dampingi Menkes Resmikan Layanan Rujukan Prioritas RSUD Al-Ihsan Jabar
Menkes mengatakan, perubahan sistem budaya harus dimulai dan dibangun karena budaya kerja sangat penting untuk menjadikan insan Kemenkes hebat sehingga transformasi kesehatan dapat dilakukan.
“Nah, untuk bisa mengubah kualitas seseorang mesti dibangun sistem budaya yang hebat yang canggih, yang tangguh. Tidak mungkin cita-cita kita dapat tercapai, Indonesia bisa maju, Indonesia Sehat kalau kemenkesnya orang-orangnya nggak hebat,” kata Menkes Budi.
Menkes Budi melanjutkan, perubahan budaya kerja memang tidak mudah dan butuh waktu yang lama. Upaya mengajarkan budaya baru tidak dapat hanya melalui spanduk atau buku, melainkan harus menumbuhkan keinginan dalam hati insan Kemenkes. Karena itu, proses mengajarkan budaya di Kemenkes harus berbeda, yakni tidak hanya memberikan pelajaran untuk diingat tetapi juga menyentuh hati. Untuk itu, budaya harus dapat dicontohkan oleh atasan dalam kehidupan sehari-hari.
“Sama dengan kita sebagai orang tua mencontohkan kepada anak-anak kita dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, gurunya adalah orang tua atau atasannya,” lanjut Menkes Budi.
Menkes Budi mengatakan, upaya membangun perubahan budaya kerja dapat dimulai dari ritual-ritual yang mudah seperti eksekusi yang efektif. Menkes menambahkan, budaya, termasuk budaya organisasi, juga memiliki ritual.
Baca Juga: Menkes Tinjau Kelengkapan Fasilitas Layanan Kesehatan di Puskesmas dan RSUD
“Kalau meeting nggak usah lama-lama, ritual kita mulai dari itu. Kalau meeting, Kemenkes satu jam, lebih dari sejam udah lama. Meeting harus jelas apa yang mau dicapai, tindak lanjutnya mesti jelas tugasnya apa dan dikasih ke siapa, deadline-nya kapan. Perubahan dimulainya dari yang gampang-gampang. Ritual-ritual itulah yang harus dilakukan untuk membangun suatu budaya,” Kata Menkes Budi.
Menkes Budi juga menyampaikan budaya kerja membutuhkan simbol yang merefleksikan budaya itu sendiri. Untuk itu, Kemenkes mengubah logo untuk menyatukan semua insan Kemenkes.
Menkes Budi menjelaskan Kemenkes juga akan memberlakukan penilaian untuk mengukur keberhasilan perubahan budaya. Penilaian ini akan dilakukan oleh orang sekitar, yakni atasan, bawahan, dan rekan sejawat, serta memiliki ciri khasnya sendiri.
Menkes menutup sambutannya dengan menitipkan pesan agar insan Kemenkes menjalankan budaya kerja yang baik dan menularkan budaya kerja positif. Ia kembali mengingatkan budaya kerja sangat penting karena menumbuhkan semangat dan energi. Selain itu, budaya kerja juga memiliki sifat memproteksi agar suatu lingkungan tidak berubah begitu saja, terutama ke arah yang tidak baik.
“Saya nanti akan lihat bagaimana orang-orangnya, perubahan hatinya perubahan mindset-nya dan perubahan layanannya ke masyarakat,” Tutup Menkes Budi.
Baca Juga: Penderita Diabetes Tinggi, Menkes: Pencegahan di Puskesmas Harus Dioptimalkan
Peluncuran budaya kerja dan rebranding identitas Kemenkes yang dilakukan saat ini bertujuan menyeragamkan identitas bagi seluruh entitas Kemenkes dari pusat sampai dengan UPT. Harapannya, seluruh unit kerja menampilkan identitas yang sama sebagai simbol semangat dan spirit transformasi.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) RI Kunta Wibawa dalam kegiatan peluncuran budaya kerja tersebut menyampaikan, peluncuran gerakan perubahan budaya kerja dan rebranding identitas Kemenkes bertujuan mendorong terciptanya budaya kerja baru yang lebih efektif, efisien, inovatif, kolaboratif, dan berorientasi pelayanan.
“Reformasi birokrasi telah dilaksanakan di Kemenkes dengan berbagai upaya agar Kemenkes menjadi lebih adaptif dan cepat dalam proses pelayanan serta pengambilan keputusan, ini yang penting bagi kita untuk melayani masyarakat,” kata Sekjen Kunta.
Sekjen Kunta melanjutkan, Kemenkes mengimplementasikan percepatan reformasi birokrasi melalui enam pilar transformasi kesehatan, yakni transformasi layanan primer, transformasi layanan rujukan, transformasi sistem ketahanan kesehatan, transformasi pembiayaan kesehatan, transformasi SDM kesehatan, dan transformasi teknologi kesehatan. Namun, pilar terpenting adalah pilar ketujuh yang berlaku untuk internal Kemenkes, yakni transformasi organisasi dan budaya kerja.
Sekjen Kunta menjelaskan transformasi internal ini juga dilakukan melalui penguatan nilai-nilai dasar ASN Ber-Akhlak yang terus-menerus melakukan perbaikan dan perubahan. “Reformasi dari pilar ketujuh memang harus terus-menerus dilakukan, tidak boleh berhenti, dan inovasi dan perubahan itu akan sangat dinamis. Harapannya agar satu tujuannya sama, yaitu Kemenkes Hebat Indonesia Sehat,” lanjut Sekjen Kunta.
Upaya Kemenkes melakukan perubahan budaya kerja salah satunya merancang inisiatif kampanye perubahan budaya kerja berbasis budaya Ber-Akhlak yang berfokus pada tiga komponen perilaku, yaitu eksekusi efektif (effective execution), cara kerja baru (new ways of working), dan pelayanan unggul (service excellent).
Sekjen Kunta juga menyampaikan, kegiatan peluncuran gerakan perubahan budaya kerja dirangkaikan dengan peresmian lantai 2 gedung Adhyatma yang telah direnovasi dengan mengusung desain yang unik, yaitu kantor Ber-Akhlak yang merupakan workspace terbuka dan tanpa sekat.
“Desain kantor Ber-Akhlak, workspace ini diharapkan dapat menumbuhkan inspirasi pegawai dalam perubahan fundamental pola pikir dan sikap mental ASN Kemenkes yang tadinya hierarkis dan cenderung terkotak-kotak menjadi lincah inovatif dan kolaboratif,” kata Sekjen Kunta.
Sekjen Kunta mengatakan, perubahan budaya kerja ini dilakukan secara bertahap. Workspace tanpa sekat pada gedung baru Adhyatma merupakan salah satu upaya perubahan budaya kerja agar tidak ada sekat di antara para pegawai sehingga mereka leluasa untuk menyampaikan aspirasinya.
Adanya peluncuran perubahan budaya kerja diharapkan dapat memacu para insan Kemenkes melakukan perubahan budaya kerja, termasuk perubahan perilaku diri sendiri agar dapat mencapai kebutuhan, keinginan, dan tujuan organisasi.***