KemenKopUKM Fasilitasi Business Matching Untuk 4 Klaster Usaha Di Ajang Cerita Nusantara

Kegiatan business matching bagi pelaku bisnis di empat klaster yakni subsektor kriya, agriculture/aquaculture, digital aplikasi, serta fesyen dan kecantikan dalam acara Cerita Nusantara: Unveiling the Essence of Indonesia Artistry. (Foto: KemenKopUKM RI)

Jakarta, serayunusantara.com – Melansir dari laman KemenKopUKM RI,  Kementerian Koperasi dan UKM (KemenkopUKM) memfasilitasi kegiatan business matching bagi pelaku bisnis di empat klaster yakni subsektor kriya, agriculture/aquaculture, digital aplikasi, serta fesyen dan kecantikan dalam acara Cerita Nusantara: Unveiling the Essence of Indonesia Artistry.

“Khusus untuk sektor kriya diikuti oleh 15 peserta yang antara lain berasal dari Bandung, Banda Aceh, Cirebon, Lombok Timur, Sedang Bedagai, Tanah Datar, dan Surakarta,” kata Deputi Bidang Kewirausahaan KemenkopUKM, Siti Azizah, dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (30/11).

Untuk sektor agriculture/aquaculture diikuti oleh 38 peserta yang antara lain berasal dari Malang, Banjarnegara, Musi Banyuasin, Pati, Ngada, Mataram, Bogor, Tangerang, dan Surabaya.

Sementara sektor digital aplikasi diikuti 40 peserta yang antara lain berasal dari Medan, Semarang, Denpasar, Sleman, Sukabumi, dan Garut. Untuk sektor fasyen dan kecantikan diikuti oleh 28 peserta yang antara lain berasal dari Pemalang, Bandung, Surakarta, Jakarta Selatan, dan Banda Aceh.

“Para peserta start-up atau wirausaha ini akan dipertemukan dengan sejumlah investor. Tujuannya agar bisnis mereka bisa naik kelas, salah satunya karena mereka mendapatkan pendanaan sesuai kebutuhan,” katanya.

Baca Juga: KemenKopUKM Sebut Tren Wirausaha Muda Mulai Beralih Ke Green Business Termasuk Industri Kendaraan Listrik

Azizah mengungkapkan, dalam gelaran Cerita Nusantara, KemenKopUKM juga mengundang pihak asing agar pesan yang ingin disampaikan bahwa Indonesia, terutama untuk kriya dan wastranya sudah siap untuk menembus pasar global. Dua sektor terakhir, kata Azizah, menjadi prioritas yang turut dikembangkan KemenkopUKM karena kriya dan wastra merupakan klaster usaha terbesar di Indonesia.

Di sisi lain, kriya dan wastra juga sudah menjadi bagian perjalanan dari acara Cerita Nusantara. Awal kisahnya, Azizah mengatakan Cerita Nusantara ini ingin mendampingi para pelaku wastra di seluruh Indonesia pada 2021. Kemudian pada 2022, acara itu mengangkat para wirausaha kriya.

Selama dua tahun, KemenkopUKM telah mendampingi kurang lebih 10.000 wirausaha di bidang kriya dan wastra. “Tahun ini kita tutup dengan Cerita Nusantara, sebetulnya ide yang ingin kita tampilkan adalah semua ekosistem di kriya dan wastra yang ada termasuk teman-teman yang saat ini sudah mengembangkan aplikasi-aplikasi start-up juga untuk mendukung pelaku UMKM,” katanya.

Dengan business matching ini, Azizah optimistis program business matching yang dilakukan KemenkopUKM bisa berkembang. Terlebih program ini sudah dijalankan sejak lama, tak hanya berlaku untuk event Cerita Nusantara saja.

Business matching yang dilakukan untuk sektor kriya, kata Azizah, bisa mendorong program Entrepeneur Hub, klaster fesyen dan kecantikan juga bisa mendorong program Entrepreneur Development, sektor pertanian bisa mendorong program Entrepreneur Financial Fiesta (EFF), sementara bidang digital aplikasi bisa mendorong program digitalisasi start-up.

Baca Juga: KemenKopUKM Kembangkan Model Bisnis Agregasi Bagi Sektor Wastra Dan Kriya

Khusus untuk program Entrepreneur Financial Fiesta (EFF) yang sudah dirilis pada 2023 oleh Deputi Bidang Kewirausahaan, hingga 27 November 2023 telah memfasilitasi pendanaan bagi 253 start-up sebesar Rp 83,2 miliar. Angka ini melampaui target tahun 2023 sebesar Rp 30 miliar atau naik 278 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Azizah merinci, sebanyak Rp24,8 miliar pendanaan diberikan kepada 208 start-up oleh Fintech P2P, sebanyak Rp1,95 miliar diberikan kepada 14 start-up lewat KUR, sebanyak Rp21,3 miliar diberikan kepada 5 start-up dalam bentuk equity, dan sebesar Rp35,2 miliar diberikan kepada 26 start-up dalam bentuk pinjaman.

Azizah mengatakan, sebetulnya total peserta yang mengikuti program business matching ini mencapai 965 wirausaha atau start-up dengan total kebutuhan Rp621 miliar. “Hanya saja setelah dilakukan kurasi dan business matching dengan sejumlah lembaga, akhirnya terpilih 253 wirausaha dengan nilai pendanaan Rp83,2 miliar,” kata Azizah.

Pembiayaan tersebut, kata Azizah, diberikan kepada start-up yang berlokasi di 23 provinsi. “Rata-rata dealnya mencapai Rp327 juta,” kata Azizah.

Azizah mengungkapkan, KemenkopUKM melibat empat corporate accelerator dalam menjalankan business matching. Keempat corporate accelerator tersebut adalah MBN Consulting, ARQAM, SIGER, dan LBS Urun Dana.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *