Blitar, serayunusantara.com — Usia yang tak lagi muda ternyata tidak menghalangi Mbah Soedjito untuk tetap berkarya dan mempertahankan keahlian yang telah digelutinya selama puluhan tahun.
Pria yang akrab disapa Mbah Djito itu masih setiap hari mengolah potongan kayu menjadi berbagai bentuk bidak catur yang rapi dan bernilai, meski kini usianya telah menginjak 63 tahun.
Saat ditemui di rumahnya di Desa Ngoran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Mbah Soedjito tampak tekun bekerja di bengkel kecil di belakang rumahnya.
Dengan keterampilan yang diperolehnya secara otodidak sejak lama, ia mampu memproduksi hingga dua ratus bidak catur setiap hari untuk memenuhi pesanan dari para pengepul.
Kesehariannya sebagai petani tak membuat Mbah Djito meninggalkan ketertarikannya pada dunia pertukangan.
Baca juga: Jaranan, Kesenian Rakyat yang Jadi Ciri Khas dan Kebanggaan Kota Blitar
Pada tahun 2006, ia merakit sendiri alat bubut yang hingga kini masih digunakan untuk membuat setiap bagian bidak catur.
Dengan alat sederhana tersebut, ia memproses kayu mulai dari pemilihan, pemotongan, pembentukan, hingga pengemasan, semuanya dilakukan dengan tangannya sendiri.
Dari usahanya ini, Mbah Djito mengaku dapat menghasilkan pendapatan sekitar Rp1.500.000 setiap bulan.
Meski hasilnya tidak besar, namun bagi Mbah Djito, kepuasan membuat karya dan tetap produktif di usia senja adalah hal yang tidak ternilai.
Keuletan dan konsistensi Mbah Soedjito menjadi gambaran bahwa kreativitas tidak mengenal batas usia.
Keahliannya dalam menghasilkan bidak catur buatan tangan menjadi bukti bahwa ketekunan dan cinta terhadap sebuah pekerjaan dapat bertahan sepanjang hidup. (Fis/Serayu)







