Blitar, serayunusantara.com – Kisruh yang mewarnai Muktamar X Partai Persatuan Pembangunan (PPP) belum juga reda. Konflik internal yang menyeruak bukan hanya melukai hati kader, tetapi juga menimbulkan kekecewaan di mata publik yang menaruh harapan pada PPP sebagai partai Islam dengan sejarah panjang.
Di tengah kegaduhan itu, DPC PPP Kota Blitar memilih bersikap terbuka. Melalui Sekretaris M. Nuhan Eko Wahyudi, Ketua DPC PPP Kota Blitar, Agus Zunaidi menyampaikan permohonan maaf secara resmi kepada masyarakat.
“Kami, DPC PPP Kota Blitar, dengan penuh kerendahan hati memohon maaf sebesar-besarnya kepada seluruh konstituen, kader, dan simpatisan PPP atas kegaduhan yang terjadi. Kisruh ini bukanlah cerminan sejati dari nilai-nilai PPP yang menjunjung tinggi adab, syura, dan kesantunan politik,” ujar Nuhan, di Blitar, Rabu (1/10/2025).
Baca Juga: Truk Bermuatan Tebu Terguling di Jalan Nasional Selorejo Blitar, Belum Dievakuasi Sejak Dua Hari
Ia menegaskan, sumber kericuhan tak lepas dari upaya segelintir pihak yang berusaha mempertahankan kekuasaan dengan cara yang mencederai demokrasi internal.
“Tekanan, intimidasi, hingga penggiringan opini sepihak oleh kubu Mardiono telah menodai proses musyawarah yang seharusnya berjalan damai,” tambahnya.
Sikap terbuka PPP Blitar ini dinilai langkah langka. Biasanya, partai cenderung menutup rapat konflik internal. Namun kali ini, PPP justru tampil meminta maaf di hadapan publik.
“Ini bisa dibaca sebagai strategi merawat kepercayaan publik. PPP sedang dalam posisi rapuh, sehingga transparansi dan kerendahan hati adalah cara untuk menunjukkan keseriusan memperbaiki diri,” ungkap seorang pengamat politik Blitar.
Baca Juga: Warga Blitar Kibarkan Bendera Setengah Tiang pada Akhir September
Dalam pernyataannya, PPP Kota Blitar juga menegaskan dukungan terhadap gerakan perubahan yang kini digaungkan mayoritas kader di berbagai daerah.
“Kami berdiri di pihak perubahan, keterbukaan, dan perbaikan partai. Perjuangan menyelamatkan PPP dari kepemimpinan yang gagal sedang dilakukan mayoritas kader dan pengurus se-Indonesia,” tegas Nuhan.
Meski demikian, ia mengakui citra partai sudah terlanjur tercoreng.
“Kami mohon maaf kepada masyarakat, khususnya pemilih PPP, karena telah mempertontonkan wajah partai yang gaduh. Namun kami berkomitmen merapikan barisan, memperbaiki organisasi, dan mengembalikan PPP ke khitah-nya sebagai partai Islam yang memperjuangkan umat dengan akhlak dan keteladanan,” tutupnya.
Kisruh Muktamar X menjadi ujian terbesar PPP dalam menjaga soliditas. Di satu sisi, ada dorongan mempertahankan status quo, namun di sisi lain desakan perubahan makin deras. Sikap terbuka PPP Kota Blitar memberi sinyal bahwa suara arus bawah mulai sulit diabaikan.
“Bagi kami, tidak ada jalan lain selain kembali kepada nilai-nilai perjuangan partai. Jika PPP ingin tetap dipercaya umat, maka perubahan adalah keniscayaan,” pungkas Nuhan. (Jun)







