Menggali Potensi Blitar: Tiga Pilar Utama untuk Mendorong Budaya Literasi

Blitar, serayunusantara.com — Budaya literasi adalah fondasi bagi kemajuan intelektual dan sosial suatu daerah. Meskipun Blitar telah menunjukkan geliat minat baca, peningkatan yang signifikan memerlukan strategi terpadu yang melibatkan tiga pilar utama: kolaborasi komunitas, digitalisasi, dan peran perpustakaan yang lebih dinamis.

Pertama, revitalisasi peran komunitas sebagai agen penggerak literasi. Pemerintah atau pihak terkait tidak bisa bekerja sendirian. Komunitas-komunitas lokal seperti pegiat buku, komunitas sejarah, hingga kelompok diskusi mahasiswa harus diberdayakan dan difasilitasi.

Contohnya, memberikan ruang publik secara gratis untuk menggelar lapak baca atau workshop menulis mingguan. Komunitas memiliki daya tarik informal yang efektif menjangkau anak muda dan masyarakat awam yang enggan datang ke institusi formal.

Kedua, adaptasi dan akselerasi digital. Literasi saat ini tidak hanya terbatas pada buku fisik. Blitar harus memanfaatkan teknologi untuk menyebarluaskan konten literasi.

Baca Juga: Reyda Hafis, Aktivis Literasi Blitar yang Menyebarkan Semangat Membaca, Menulis, dan Berdiskusi di Era Digital

Hal ini bisa diwujudkan melalui pengembangan platform digital lokal yang mudah diakses, berisi konten-konten sejarah Blitar, cerita rakyat, atau karya penulis lokal dalam format e-book gratis.

Digitalisasi bukan menghilangkan buku, melainkan memperluas akses membaca, memungkinkan literasi on-the-go.

Ketiga, transformasi perpustakaan menjadi Creative Hub. Perpustakaan daerah harus bertransisi dari sekadar tempat penyimpanan buku menjadi pusat kreativitas dan interaksi.

Selain menyediakan koleksi yang lengkap, perpustakaan harus aktif menyelenggarakan kegiatan yang menarik, seperti podcast literasi, kursus singkat penulisan konten, atau bahkan menjadi tempat co-working yang nyaman.

Dengan demikian, perpustakaan akan menjadi magnet bagi generasi muda dan bukan lagi dianggap sebagai tempat yang kaku.

Meningkatkan budaya literasi adalah investasi jangka panjang.

Dengan sinergi antara komunitas yang aktif, pemanfaatan teknologi digital, dan perpustakaan yang bertransformasi menjadi pusat kreatif, Blitar memiliki peluang besar untuk tidak hanya menjadi kota bersejarah, tetapi juga pusat intelektual yang subur.

Penulis: Reyda Hafis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *