MenKopUKM Dukung Industri Perbankan Ciptakan Ekosistem Bisnis bagi Kemajuan UMKM

MenKopUKM Teten Masduki dalam BCA UMKM Fest 2024 yang selenggarakan PT Bank Central Asia Tbk (BCA) di Jakarta. (Foto: KemenKopUKM RI)

Jakarta, serayunusantara.com – Melansir dari laman KemenKopUKM RI, Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mendukung industri perbankan tak hanya memberikan pembiayaan atau kredit ke UMKM, tetapi juga menjadi enabler (fasilitator) pembangun ekosistem bisnis bagi UMKM, termasuk menyediakan pasar hingga mendorong UMKM menjadi bagian dari rantai pasok industri.

“Karena UMKM di Indonesia ini, rata-rata bersifat mandiri sehingga masih sulit untuk masuk menjadi bagian dari suppy chain industri. UMKM di Korea Selatan misalnya, mereka tidak takut tak dapat pembiayaan karena mereka sudah menjadi bagian dari industri,” ucap Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki saat memberikan opening speech dalam BCA UMKM Fest 2024 yang selenggarakan PT Bank Central Asia Tbk (BCA) di Jakarta, Rabu (7/8/2024).

Penyelenggaraan BCA UMKM Fest ini misalnya ujar Menteri Teten, menjadi contoh upaya bank membangun ekosistem untuk masuk dalam supply chain industri.

Ia juga mengapresiasi BCA yang sejak 2021 terus membantu UMKM bukan hanya dari sisi pembiayaannya. Karena yang diperlukan UMKM tak hanya sekadar kredit.

“Sebagian besar UMKM di Indonesia ini dari sisi produksi disconnected dengan offtaker industri dan disconnected dengan pembiayaan. BCA tak hanya menjadi bank tetapi juga enabler,” katanya.

Baca Juga: KemenKopUKM Waspadai Serbuan Impor Ilegal yang Ancam Pasar Produk UMKM

MenKopUKM juga menyebut, sebanyak 30 juta UMKM belum terhubung dengan akses pembiayaan ke bank. Untuk itu, Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) secara intens berkoordinasi dengan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK), untuk menemukan solusi pendekatan lain dalam memudahkan UMKM agar terhubung dengan sumber pembiayaan.

Menurut Teten, perlu upaya agar UMKM bisa mengakses kredit tetapi tidak dengan mengandalkan satu data SLIK (Sistem Layanan Informasi Keuangan) OJK, tetapi juga menggunakan data alternatif lewat history credit misalnya pembayaran listrik atau telepon, atau yang disebut dengan Innovative Credit Scoring (ICS).

“Kami telah uji cobakan kepada 72 ribu data UMKM melalui data SLIK ditambah dengan data alternatif lain, ternyata sebesar 74 persen dari UMKM tersebut layak dibiayai dengan tingkat rasio kredit macet atau NPL (Non Performing Loan) di level 0,6 persen atau di bawah 1 persen. Ini masih menarik UMKM bagi industri keuangan,” ujarnya.

ICS ucap Menteri Teten, telah diterapkan di 145 negara. Di Indonesia meski belum bisa dlterapkan secara mandatory, tetapi OJK sedang membuat daftar sebanyak 17 perusahaan yang dapat menerapkan kombinasi data SLIK dengan data alternatif.

“Jika ini ke depan berjalan baik, bank akan semakin besar based nasabahnya. UMKM juga semakin memiliki akses market yang lebih luas,” katanya.

Baca Juga: KemenKopUKM Dorong Perluasan Akses Permodalan Koperasi Produsen

Sementara itu dalam menghadapi daya beli masyarakat yang masih turun ditambah indeks bisnis UMKM yang turun, MenKopUKM menegaskan, jika tidak segera dilakukan upaya untuk mengantisipasi maka akan timbul problem sosial politik yang besar. “Situasi yang sulit ini harus dihadapi dengan upaya gotong royong. Menerapkan ICS serta membangun ekosistem,” ucapnya.

Menteri Teten juga mengajak perbankan untuk ikut mendorong UMKM dalam memaksimalkan potensi ekonomi domestik. Mengoptimalkan produk dari Sumber Daya Alam (SDA) unggulan di daerah, mengingat bahan baku yang melimpah di Indonesia.

“UMKM ini backbone ekonomi dalam negeri. Dukungan industri termasuk perbankan diharapkan sektor UMKM ini tumbuh bukan menjadi sunset industry (penurunan). Memang berat (ekonomi) tetapi kalau kita optimistis dan bersama pasti bisa,” katanya.

Di kesempatan yang sama, Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, kontribusi 60 persen UMKM terhadap PDB menjadikan UMKM harus didukung dalam perkembangannya. Namun, melihat UMKM tak hanya melulu soal kredit/pembiayaan tetapi juga ekosistem mulai dari pelatihan, hingga penyediaan akses pasar.

“UMKM menyerap jutaan tenaga kerja. Maka dari itu dibutuhkan UMKM berkualitas untuk terus bertahan. Kualitas UMKM dilihat dengan melakukan kurasi kemasan yang menarik, kualitas yang baik hingga aspek ontime delivery,” ujarnya.

Baca Juga: Tujuh Brand Produk Kulit RPB Garut Jadi Primadona di Indonesia Clothing Summit 2024

Jahja optimistis, kehadiran BCA UMKM Fest 2024 mampu memfasilitasi UMKM bertemu dengan nasabah untuk menghadirkan produk konsumen yang bisa diterima masyarakat.

Event ini menghadirkan 53 UMKM selama empat hari (7-11 Agustus 2024) penyelenggaraannya di Mall Casablanca, Jakarta, sekaligus menjadi ajang promosi dan pemasaran produk UMKM.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *