Menlu RI: Gedung Pancasila, Saksi Sejarah Diplomasi Indonesia

Bertepatan dengan HUT Kementerian Luar Negeri, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi meresmikan Gedung Pancasila. (Foto: Kemenlu RI)

​Jakarta, serayunusantara.com – Melansir dari laman Kemenlu RI, Bertepatan dengan HUT Kementerian Luar Negeri, hari ini (19/8) Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi meresmikan Gedung Pancasila, setelah melalui restorasi intensif selama 10 bulan terakhir. Menlu menyampaikan sejarah, arti dan peran penting dari Gedung ini akan terus dilanjutkan khususnya untuk diplomasi Indonesia. Peresmian ini dihadiri oleh tiga Mantan Menlu RI yakni, Bapak Alwi Shihab, Bapak Hassan Wirajuda, Bapak Marty Natalegawa, Penasihat Presiden Palestina untuk Urusan Luar Negeri, H.E. Dr. Riyad al-Maliki, serta para Duta Besar dan wakil dari negara-negara sahabat.

“Ini adalah wajah baru Gedung Pancasila. Gedung ini telah menjadi saksi bagi sejarah bangsa dan perjalanan diplomasi Indonesia”, kata Menlu Retno.

“Di Gedung ini, untuk pertama kalinya Pancasila dicetuskan sebagai dasar negara kita. Sejarah dan arti penting Gedung ini akan kita lanjutkan,” ujar Menlu Retno.

Restorasi Gedung Pancasila dilakukan mulai September tahun lalu. Ini adalah restorasi pertama kalinya setelah hampir setengah abad sebelumnya di renovasi pada tahun 1973-1975. Restorasi kali ini mengembalikan bangunan cagar budaya tersebut ke desain tahun 1945.

Proses restorasi Gedung in tidak mudah, harus melibatkan Tim Cagar Budaya dan ahli-ahli lainnya. Diperlukan komitmen, dedikasi penuh dan ketelitian karena prosesnya sangat detail.

Baca Juga: Menjadi Special Envoy Presiden, Wamenlu RI Berkunjung ke Turkiye untuk Dorong Kerja Sama Strategis

“Gedung Pancasila akan terus menjadi tonggak penting bagi perjalanan diplomasi Indonesia, dan pengambilan keputusan penting kebijakan luar negeri Indonesia”, kata Menlu RI dalam sambutannya.

Menlu menyampaikan bahwa dalam 10 tahun terakhir Indonesia berupaya menjadi bridge builder dan trusted partner dalam berbagai masalah regional dan global. Dari isu Palestina, Afghanistan, Myanmar, hingga isu Ukraina. Dari isu bencana alam hingga isu kejahatan lintas batas.

“Ke depannya, komitmen Indonesia akan tetap sama yakni menjaga perdamaian dan kemakmuran, sesuai mandat UUD 1945,” pungkasnya.

MENLU TERIMA MEDALI PENGHARGAAN DARI PALESTINA

Dalam acara tersebut, hadir juga Penasihat Presiden Palestina untuk Urusan Luar Negeri, H.E. Dr. Riyad al-Maliki. Ia menyampaikan bahwa Indonesia selalu menjadi mitra strategis bagi Palestina.

Sebagai rasa terima kasih atas peran Indonesia yang selalu berada di garis terdepan berjuang untuk kemerdekaan Palestina, Menlu RI Retno Marsudi telah menerima Medal of Honour ‘The Star of Merit of the Order of the State of Palestine‘ dari Presiden Palestina, Y.M. Mahmoud Abbas, yang disampaikan oleh Penasihat Riyad al-Maliki.

Baca Juga: Indonesia dan RRT Perkuat Kemitraan Strategis Komprehensif

Menlu RI sampaikan bahwa Indonesia selalu konsisten dalam memperjuangkan keadilan dan kemanusiaan bagi Palestina. “Kita tidak akan pernah berhenti, sampai Palestina merdeka dan berdiri sebagai negara yang berdaulat”, kata Menlu. Ia juga mengajak agar kita semua memilih berada di sisi sejarah yang benar.

PELUNCURAN BUKU

Pada kesempatan ini, telah diluncurkan pula dua buku mengenai diplomasi RI selama satu dekade terakhir. Kedua buku tersebut berjudul Jejak Diplomasi Retno Marsudi dan Saya Bukan Siapa-Siapa‘, yang ditulis oleh Josie Susilo, Luki Aulia, dan Kris Mada, dan diterbitkan oleh Penerbit Kompas.

‘Jejak Diplomasi Retno Marsudi: Tegas dalam Prinsip, Lentur dalam Cara’ mengulas perjalanan diplomasi Indonesia di bawah kepemimpinan Menlu Retno selama satu dekade terakhir. Buku ini mengangkat cerita-cerita di balik layar, serta kisah-kisah penting dan strategi diplomasi yang diimplementasikan Menlu.

Sedangkan ‘Saya Bukan Siapa-Siapa’ menceritakan perjalanan kisah Menlu Retno sejak usia muda, mengenyam pendidikan, hingga meniti karier di dunia diplomasi. Buku tersebut menyoroti berbagai momen penting dalam hidup Menlu, seperti perannya dalam berbagai negosiasi internasional, upayanya memperjuangkan hak-hak perempuan di panggung dunia, serta tantangan yang dihadapi dalam menjaga hubungan diplomatik Indonesia di tengah dinamika global yang kompleks.  ​

Menlu Retno menyerahkan kedua buku tersebut kepada tiga mantan Menlu: Bapak Alwi Shihab, Bapak Hassan Wirajuda, dan Bapak Marty Natalegawa. Menlu juga menyampaikan kedua buku tersebut kepada diplomat muda Salsabila Siliwangi untuk meneruskan tradisi diplomasi kepada generasi selanjutnya.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *