Menteri PPPA, Bintang Puspayoga dalam Seminar Nasional Perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan yang diselenggarakan oleh BEM Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa, Provinsi Bali. (Foto: KemenPPPA RI)
Bali, serayunusantara.com – Melansir dari laman KemenPPPA RI, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga menghadiri Seminar Nasional Perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan yang diselenggarakan oleh BEM Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa, Provinsi Bali. Dalam sambutannya, Menteri PPPA mengungkapkan perempuan mengisi hampir setengah dari total populasi penduduk Indonesia, ini artinya, perempuan merupakan kekuatan bagi Bangsa ini yang harus kita lindungi dan berdayakan. Namun saat ini, perempuan masih menghadapi tantangan yang tidak sederhana jika melihat data dan realita di lapangan, permasalahan ketimpangan dan kesenjangan gender dalam gerak pembangunan Indonesia masih cukup tinggi.
“Konstitusi telah menjamin perlindungan hak dan kesetaraan bagi perempuan, namun implementasinya masih jauh dari kata setara. Dalam hal ini, mahasiswa dan perguruan tinggi memiliki peran yang sangat strategis. Mahasiswa adalah agen perubahan yang memiliki kekuatan untuk membawa transformasi sosial. Melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat, mahasiswa dapat menjadi motor penggerak dalam mempromosikan kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan,” ungkap Menteri PPPA.
Menteri PPPA mengungkapkan realita ketimpangan gender yang berdampak terhadap perempuan terlihat dalam angka-angka Indeks Pembangunan Manusia, Indeks Pembangunan Gender, dan Indeks Pemberdayaan Gender, yang masih menunjukkan jurang ketimpangan yang dalam antara perempuan dan laki-laki, meski setiap tahunnya sudah mengalami peningkatan. Adanya ketimpangan gender, membuat perempuan rentan terhadap kekerasan. Hal ini tergambar pada hasil Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional 2021 yang menunjukkan, meski prevalensi kekerasan fisik dan/atau seksual terhadap perempuan usia 15-64 tahun oleh pasangan dan selain pasangan menurun 7,3% dalam kurun waktu 5 tahun, namun terjadi peningkatan prevalensi kekerasan seksual oleh selain pasangan dalam setahun terakhir dari 4,7% pada tahun 2016 menjadi 5,2% pada tahun 2021. Berdasarkan data, kekerasan juga banyak terjadi di lembaga pendidikan termasuk perguruan tinggi.
“Hadirnya UU TPKS merupakan wujud nyata kehadiran negara dalam upaya mencegah dan menangani segala bentuk kekerasan seksual. UU TPKS akan melindungi dan memulihkan korban, melaksanakan penegakan hukum, merehabilitasi pelaku, mewujudkan lingkungan tanpa kekerasan seksual, serta menjamin ketidakberulangan terjadinya kekerasan seksual,” ujar Menteri PPPA.
Undang-undang tentang TPKS memberikan manfaat ketika diimplementasikan khususnya bagi korban kekerasan seksual di Perguruan Tinggi yang sejalan dengan tujuan dari lahirnya Permendikbud Ristek Nomor 30 Tahun 2021 adalah untuk memberikan payung hukum yang kuat dan menjadi upaya pencegahan terjadinya kasus kekerasan seksual di lingkungan Perguruan Tinggi, sebagai upaya mewujudkan lingkungan kampus yang aman, adil, dan inklusif. Perguruan Tinggi semakin menyadari perlunya keberadaan lembaga khusus yang menangani isu sensitive seperti kekerasan seksual termasuk salah satunya Universitas I Gusti Bagus Sugriwa, Provinsi Bali.
Baca Juga: Kemen PPPA Dorong Kabupaten Penajam Paser Utara Tingkatkan Pemenuhan Hak Anak
“Salah satu kewajiban Perguruan Tinggi adalah pembentukan Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (Satgas PPKS) yang hadir sebagai garda terdepan dalam mengatasi masalah kekerasan seksual dan sebagai entitas di lingkungan Perguruan Tinggi yang didirikan untuk menjadi pusat pencegahan dan penanganan kasus kekerasan seksual. Kekerasan seksual mencakup berbagai tindakan yang merugikan integritas fisik, psikologis, dan seksual seseorang. Satgas PPKS bertugas untuk merancang dan mengimplementasikan program-program pencegahan, memberikan dukungan kepada korban, dan memastikan penanganan kasus yang adil dan berkadilan,” ungkap Menteri PPPA.
Menteri PPPA menyampaikan apresiasi kepada Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Dharma Duta Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa, yang telah menyelenggarakan Seminar Nasional pada hari ini. Besar harapan kegiatan ini dapat menambah wawasan, menumbuhkan cara berpikir kritis, analitis, serta kepekaan pada isu perlindungan dan pemberdayaan perempuan, sehingga para mahasiswa dan seluruh civitas akademika dapat bersama-sama dalam berjuang melindungi perempuan Indonesia.
“Saya mengajak seluruh mahasiswa untuk berperan aktif dalam berbagai kegiatan yang sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang bertujuan untuk melindungi dan memberdayakan perempuan. Jadilah bagian dari solusi dengan terlibat dalam advokasi, kampanye, dan program-program yang dapat memberikan dampak nyata bagi masyarakat. Gunakan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang kalian peroleh di bangku kuliah untuk menciptakan perubahan positif di lingkungan sekitar,” ujar Menteri PPPA.
Dalam kesempatan tersebut, Menteri PPPA kembali mengingatkan dan mengajak seluruh yang mahasiwa/i dan civitas akademika hadir pada hari ini untuk turut melaporkan jika melihat, mendengar, menyaksikan, atau bahkan mengalami kekerasan ke hotline SAPA 129, yang dapat diakses melalui telepon 129 atau melalui WhatsApp di nomor 08111-129-129.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Rektor II Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa, Dr. I Nyoman Alit Putrawan, S.Ag., M.Fil.H mengungkapkan pada hakikatnya melindungi memberdayakan perempuan adalah kewajiban kita bersama. Sebab jika perempuan terlindungi maka tidak hanya berdampak positif pada kehidupan individu perempuan itu sendiri, tetapi juga memberikan kontribusi yang signifikan bagi kemajuan bangsa. Oleh karena itu, sudah menjadi tanggung jawab kita bersama untuk memastikan bahwa setiap perempuan di Indonesia dapat hidup dengan aman, bebas dari segala bentuk kekerasan, dan memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan potensi diri.
“Apresiasi dan terima kasih kami sampaikan kepada Menteri PPPA yang telah menyempatkan hadir dalam Seminar Nasional hari ini. Kolaborasi lintas sektor menghasilkan pertukaran pengetahuan dan pengalaman, menciptakan model terbaik untuk memberdayakan perempuan di berbagai konteks, dan pada akhirnya membantu menciptakan solusi yang lebih holistik dan berkelanjutan dalam kerja-kerja pemberdayaan perempuan. Kami juga akan memperkuat komitmen untuk terus menerapkan nilai-nilai kesetaraan gender kepada mahasiswa kami,” ungkapnya.***