Alat Landslide Early Warning System (LEWS). (Foto: Kementerian ESDM RI)
Bandung, serayunusantara.com – Melansir dari laman Kementerian ESDM RI, Pada 24 September 2024, Badan Geologi melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah menyelesaikan pemasangan alat Landslide Early Warning System (LEWS) di Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Ponorogo. Kedua Kabupaten ini dipilih karena secara geologi memiliki tingkat kerentenan yang tinggi terhadap bencana tanah longsor tipe lambat terutama disaat musim penghujan.
Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, mengungkapkan harapannya agar dengan adanya sistem peringatan dini ini, mitigasi bencana tanah longsor dapat berjalan lebih efektif, sehingga mampu meminimalisir kerusakan dan mencegah jatuhnya korban jiwa.
“Badan Geologi telah menyelesaikan pemasangan LEWS yang diperuntukkan bagi masyarakat Kabupaten Banyumas dan Ponorogo, dua wilayah yang rentan terhadap bencana tanah longsor. Keberadaan sistem peringatan dini ini tidak hanya memberikan informasi mengenai potensi bahaya longsor, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat,” ujar Wafid dalam keterangan resmi di Bandung pada Minggu (29/9).
Dengan adanya LEWS, masyarakat di wilayah rawan longsor dapat menerima informasi secara cepat, sehingga mereka memiliki waktu yang cukup untuk melakukan evakuasi atau tindakan pencegahan lainnya. Hal ini menjadi salah satu bentuk perlindungan penting bagi keselamatan jiwa dan harta benda warga. Namun, Wafid juga menekankan pentingnya partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga dan merawat alat ini agar tetap berfungsi dengan baik untuk jangka panjang.
“Alat ini merupakan bukti nyata komitmen PVMBG dan Badan Geologi dalam memberikan perlindungan yang lebih baik bagi masyarakat di wilayah rawan longsor. Namun, kami juga mengingatkan agar masyarakat tidak bergantung sepenuhnya pada alat ini dan tetap menjaga kewaspadaan,” tambah Wafid.
Baca Juga: Siapkan SDM Unggul di Sektor ESDM, Kementerian ESDM Luncurkan Human Capital Summit 2025
Meski LEWS sudah dipasang, Wafid menegaskan bahwa masyarakat tidak boleh lengah. “LEWS hanyalah alat teknis, dan kita semua harus tetap waspada dan siap menghadapi kemungkinan terjadinya bencana. Kesiapsiagaan kita adalah kunci utama untuk mengurangi dampak bencana. Sosialisasi dan edukasi yang berkelanjutan menjadi bagian penting agar masyarakat dapat memanfaatkan sistem ini secara optimal,” tutur Wafid.
Pemasangan LEWS ini merupakan bagian dari upaya Badan Geologi Kementerian ESDM dalam memitigasi bencana geologi, khususnya gerakan tanah longsor. Sebelum pemasangan di Ponorogo dan Banyumas, Badan Geologi telah memasang LEWS di Pacitan pada tahun 2022 dan di Brebes pada tahun 2023. Rencananya, pada tahun depan LEWS akan dipasang di beberapa lokasi lain di Jawa Barat, termasuk Cianjur dan Cisumdawu.
Kepala PVMBG, Hadi Wijaya, menambahkan bahwa LEWS sangat efektif sebagai alat peringatan dini bahaya gerakan tanah karena dilengkapi dengan sirene yang terpasang di lokasi-lokasi terpilih. Sirene tersebut dapat memperingatkan warga apabila terjadi pergerakan tanah di wilayah tersebut.
Mengenai cara kerja LEWS, Hadi menjelaskan bahwa sistem ini bekerja berdasarkan pergerakan tanah yang terdeteksi oleh kabel sling yang ditanam di area rawan longsor. Jika terjadi gerakan tanah yang cukup kuat hingga menarik kabel tersebut, sirene akan berbunyi sebagai tanda peringatan.
Dengan adanya sistem peringatan dini seperti LEWS, diharapkan mitigasi bencana longsor di Indonesia dapat berjalan lebih efektif, sehingga keselamatan warga di daerah-daerah rawan longsor dapat lebih terjamin. Badan Geologi akan terus melakukan inovasi dan pengembangan teknologi untuk mengantisipasi dan mengurangi risiko bencana geologi di masa yang akan datang.***