Blitar, serayunusantara.com – Di balik sepiring pecel yang sederhana, tersimpan kisah inspiratif dari sosok tangguh bernama Mbok Marti.
Sejak 1980-an, ia merintis usaha kuliner Pecel Pawon yang kini menjadi salah satu ikon kuliner khas Blitar.
Perjalanan hidup Mbok Marti tak mudah. Sebelum mantap berjualan pecel di rumahnya, ia pernah menekuni berbagai pekerjaan, mulai dari menjual beras pikul hingga menjadi penjahit.
Baca Juga: Malam Penutupan Bazar Buku Blitar Padat Pengunjung, Menggugah Optimisme Literasi Nasional
Dedikasi dan ketekunannya membuat warung Pecel Pawon tetap bertahan hingga puluhan tahun.
Sesuai namanya, pecel disajikan langsung dari pawon atau dapur tradisional. Pengunjung bisa menikmatinya di teras rumah yang luas dengan suasana klasik, seakan makan di rumah sendiri.
“Nasi pecel di sini sangat enak. Jadi biasa dijadikan langganan kalau pas ada tamu dari luar daerah,” kata M. Rifai, salah satu pengunjung, Senin, 6 Oktober 2025.
Baca Juga: Harga Cabai Rawit di Blitar Makin ‘Pedas’ Tembus 30 Ribu per Kilogram
Seporsi pecel berisi nasi, aneka sayuran segar seperti singkong, tauge, kemangi, dan mentimun, lengkap dengan tahu, tempe, rempeyek, serta bumbu kacang gurih yang kental dan sedikit pedas. Dengan harga Rp9.000, pelanggan sudah mendapat pecel plus teh hangat sebagai pelengkap.
“Porsinya juga enak. Dan suasana pawon ini yang membuat feel tersendiri bagi yang di sini,” ujarnya. (Serayu)