Blitar, serayunusantara.com – Malam Jumat Legi membawa berkah tersendiri bagi para pedagang bunga di sekitar Pasar Legi, Kota Blitar.
Sejak Kamis sore hingga menjelang tengah malam, kawasan pasar tradisional tersebut tampak lebih ramai dari biasanya. Warga datang silih berganti untuk membeli bunga tabur yang akan digunakan berziarah ke makam keluarga.
Tradisi nyekar di malam Jumat Legi sudah berlangsung turun-temurun di kalangan masyarakat Blitar dan sekitarnya. Momen ini dianggap istimewa karena diyakini memiliki nilai spiritual yang tinggi.
Banyak warga yang memilih melakukan ziarah pada malam tersebut sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur serta sarana untuk berdoa bagi keluarga yang telah tiada.
Di sepanjang jalan sekitar Pasar Legi, tampak puluhan pedagang bunga membuka lapak sederhana.
Mereka menjajakan berbagai jenis bunga, mulai dari mawar merah dan putih, melati, kenanga, hingga bunga tujuh rupa. Bau harum bunga tercium semerbak di sepanjang jalan, menambah suasana khas malam Jumat Legi di kawasan itu.
Siti (45), salah satu pedagang bunga yang sudah berjualan di Pasar Legi selama lebih dari sepuluh tahun, mengaku senang karena penjualannya meningkat tajam.
“Kalau malam Jumat Legi seperti ini, pembeli ramai sekali. Kadang sampai tidak sempat istirahat karena terus melayani orang yang datang. Dalam satu malam bisa dua kali lipat hasilnya dibanding hari biasa,” ungkapnya, Kamis (2/10/2025).
Baca Juga: Klenteng Poo Ai Kong yang Dulu Pernah Terbakar Kini Berdiri Megah, Simbol Toleransi di Kota Blitar
Hal senada juga disampaikan pedagang lain, Rukmini (52), yang mengaku telah menyiapkan stok bunga lebih banyak sejak sehari sebelumnya.
“Kami sudah tahu kalau malam Jumat Legi pasti ramai. Jadi stok bunga dilipatgandakan. Tapi kadang tetap saja habis karena pembelinya banyak sekali,” ujarnya.
Harga bunga tabur pada malam Jumat Legi biasanya mengalami sedikit kenaikan. Untuk satu kantong bunga tujuh rupa, pedagang mematok harga antara Rp5.000 hingga Rp10.000, tergantung jenis dan jumlah bunga di dalamnya.
Namun, para pembeli mengaku tidak mempermasalahkan harga tersebut karena sudah menjadi bagian dari tradisi yang dijalani setiap bulan.
Salah satu pembeli, Nita (30), warga Kelurahan Kepanjenlor, mengaku rutin berziarah pada malam Jumat Legi bersama keluarganya.
“Ini sudah kebiasaan keluarga kami sejak dulu. Kami selalu datang ke makam orang tua untuk nyekar, sekalian membersihkan makam. Rasanya tidak lengkap kalau melewatkan malam Jumat Legi,” katanya.
Keramaian di sekitar Pasar Legi membuat suasana malam terasa hidup. Lalu lalang kendaraan tampak meningkat, sementara para pedagang sibuk melayani pembeli yang datang silih berganti.
Aroma bunga bercampur dengan asap dupa yang sesekali tercium dari area sekitar, menciptakan nuansa religius khas malam ziarah.
Beberapa pedagang bahkan tetap berjualan hingga lewat tengah malam karena masih ada warga yang datang membeli bunga.
“Biasanya sampai jam 12 malam masih ada yang nyari bunga. Jadi kami tetap buka, siapa tahu ada rezeki tambahan,” ujar Rukmini. (Ke/serayu)












