Pelatihan Pengelolaan Kampung Wisata

Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari saat memberikan arahan kepada para peserta (Foto: Jen/Gema Media Pemkot Mojokerto)

Kota Mojokerto, serayunusantara.com – Melansir dari laman Gema Media Pemkot Mojokerto, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kota Mojokerto yang telah dibentuk sejak 2021 harus bisa menggali potensi di masing-masing kelurahan, potensi yang bisa dijadikan sebagai daya tarik wisata dalam rangka mendukung Kota Mojokerto sebagai kota pariwisata berbasis sejarah dan budaya.

“Pokdarwis terbentuk tujuan supaya semakin banyak potensi di masing-masing kelurahan yang tergarap dan dipahami,” kata Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari dalam pengarahannya saat Pelatihan Pengelolaan Kampung Wisata di Ballroom Ayola Sunrise pada Senin (21/8).

Perempuan yang akrab disapa Ning Ita tersebut menambahkan bahwa Kota Mojokerto terkenal dengan potensi kuliner, meski demikian potensi lainnya perlu dihidupkan.

“Pokdarwis harus bisa menggali potensi yang ada dan pemkot akan memfasilitasi sesuai kearifan yang ada di masing-masing kelurahan,” imbuhnya.

Baca Juga: Transjatim Surabaya-Mojokerto Bakal Segera Beroperasi

Untuk membentuk suatu daya tarik wisata butuh keterlibatan banyak pihak dan Pokdarwis adalah bagian dari masyarakat sebagai penggerak. Oleh karena itu Ning Ita berharap kesempatan ini bisa menjadi ruang diskusi bagi Pokdarwis Kota Mojokerto.

“Potensi Kota Mojokerto adalah perdagangan dan jasa, yang tentunya bisa dikemas menjadi daya tarik wisata. Dengan bimbingan dari para narasumber

anggota Pokdarwis dapat lebih mengenali potensi di kelurahan masing-masing dan bagaimana bisa dikemas menjadi daya tarik wisata,” imbuhnya.

Saat ini selain tengah mempersiapkan Taman Bahari Mojopahit sebagai daya tarik wisata baru, Pemerintah Kota Mojokerto juga tengah mempersiapkan sentra IKM Batik di Kelurahan Gunung Gedangan dan telah melaunching Pusat Grosir Sepatu di Kelurahan Kranggan.

Baca Juga: Tangis Haru Warnai Kedatangan Jemaah Haji Asal Kota Mojokerto

Pelatihan yang menghadirkan akademisi dari Universitas Brawijaya Malang dan praktisi dari Asosiasi Desa Wisata Indonesia (Asidewi) digelar selama 3 hari yang ditutup dengan praktek secara langsung di desa wisata Gubuk Plakah Malang.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *