Jatim, serayunusantara.com – Pemerintah Kabupaten Mojokerto terus mendorong kemajuan sektor pertanian kopi dengan membuka lahan baru di Dusun Slepi, Desa Ketapanrame, Kecamatan Trawas. Inisiatif ini bertujuan meningkatkan produksi kopi lokal sekaligus memperkuat potensi agrowisata dan ekowisata berbasis masyarakat, khususnya generasi muda.
Pembukaan lahan kopi tersebut dikemas dalam acara tasyakuran penanaman kopi di kawasan Bendil dan turut dihadiri oleh Bupati Mojokerto, Muhammad Al Barra, serta Wakil Bupati Muhammad Rizal Octavian.
Bupati Al Barra menyebut Desa Ketapanrame sebagai kawasan yang diberkahi dengan kekayaan alam dan lokasi strategis, sehingga sangat potensial dikembangkan menjadi destinasi wisata. “Ketapanrame memiliki ragam potensi wisata, mulai dari yang berbasis buatan hingga agrowisata seperti di Ganjaran dan Sumber Gempong,” ujar Bupati yang akrab disapa Gus Barra, Senin (28/7/2025), melalui laman resmi Pemkab Mojokerto.
Lebih lanjut, Gus Barra menekankan pentingnya tanaman kopi sebagai komoditas unggulan yang membawa manfaat ekologis dan ekonomis. Menurutnya, kopi bukan hanya tanaman biasa, melainkan lambang harapan untuk masa depan yang berkelanjutan.
“Bibit kopi menyimpan banyak makna—akar untuk mencegah longsor, daun untuk membersihkan udara, dan bijinya sebagai sumber penghidupan,” jelasnya.
Baca Juga: Tour de Banyuwangi Ijen 2025 Resmi Dibuka, Turut Diikuti Pebalap dari 24 Negara
Ia berharap pengembangan lahan kopi di Bendil dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lokal serta menyejahterakan masyarakat, bahkan mengangkat nama Mojokerto hingga kancah internasional melalui kopi Ketapanrame.
Sementara itu, Kepala Desa Ketapanrame, Zainul Arifin, menekankan pentingnya peran koperasi dalam memperkuat ekonomi berbasis kopi. Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih (KDMP), kata dia, menjadi motor penggerak yang memastikan petani tidak lagi bergantung pada tengkulak.
“Koperasi hadir untuk menjaga stabilitas harga dan memperluas pasar yang lebih adil bagi petani kopi,” tegasnya.
Zainul juga mengungkapkan bahwa sejak 2016, sekitar 104 hektar dari total 479 hektar lahan Perhutani di desa telah dimanfaatkan untuk budidaya kopi, menghasilkan lebih dari 50 ton per tahun. Sedikitnya 280 warga menggantungkan penghidupan dari sektor ini.
Ia juga menyoroti peran aktif tiga paguyuban lokal—Bontugu, Dlundung, dan Bendil—yang turut memajukan kegiatan kopi dan menarik minat wisatawan. Sinergi yang terus dibangun diharapkan menjadikan Ketapanrame sebagai ikon kopi dan wisata Mojokerto.
Baca Juga: Pembangunan Jembatan Bubak di Mojokerto Resmi Dimulai, Ini Pesan Bupati
“Dengan dukungan pemerintah daerah serta kolaborasi antarwarga, Ketapanrame punya potensi besar menjadi pusat pengembangan kopi dan agrowisata berbasis masyarakat,” pungkasnya. (Serayu)