Wamenkominfo Nezar Patria dalam Peluncuran Indonesia’s RAM AI di Jakarta Pusat, Senin (27/05/2024). (Foto: Kementerian Kominfo RI)
Jakarta Pusat, serayunusantara.com – Melansir dari laman Kementerian Kominfo RI, Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) meluncurkan Artificial Intelligence Readiness Assessment Methodology (RAM AI).
Wamenkominfo Nezar Patria menyatakan kerja sama itu merupakan upaya Indonesia dalam menerapkan tata kelola pemanfaatan teknologi kecerdasan artifisial atau Artificial Intelligence (AI) global sesuai dengan standar UNESCO (UNESCO Recommendation on Ethical AI Governance).
“Readiness Assessment Methodology ini dibuat oleh UNESCO untuk negara-negara dalam melihat kesiapan mereka mengadopsi standar etik yang sudah ditetapkan secara global,” jelasnya usai menghadiri Peluncuran Indonesia’s RAM AI di Jakarta Pusat, Senin (27/05/2024).
Menurut Wamen Nezar Patria, peluncuran RAM AI di Indonesia awalnya akan berlangsung bulan Juni mendatang, namun dipercepat agar di bulan September, Kementerian Kominfo dapat melakukan tahap finalisasi.
“Kita launching hari ini dan kita harapkan bisa selesai September nanti, ini termasuk fast track. Biasanya RAM berlangsung selama enam bulan. Kami dan UNESCO punya komitmen untuk menyelesaikan September,” tandasnya.
Baca Juga: Makin Darurat, Menteri Budi Arie: Kominfo Gerak Cepat Berantas Judi Online
Wamenkominfo menjelaskan setelah peluncuran RAM AI, UNESCO akan melakukan berbagai kegiatan seperti wawancara stakehloders dan ekosistem AI di Indonesia.
“Jadi akan dilihat aspek sosial, ekonomi, teknologi, dan juga aspek regulasi yang sudah ada dan kesiapan masyarakat dalam mengadopsi teknologi AI ini,” tuturnya.
Melihat perkembangan AI di Indonesia, Wamen Nezar Patria optimistis penerapan AI akan lebih maju. Pasalnya, implementasi AI sudah berlangsung selama lima tahun terakhir di berbagai sektor industri, seperti media massa. Menurutnya, Pemerintah memberikan perhatian penuh terhadap adopsi teknologi terbaru itu dengan melakukan kajian lebih lanjut.
“Seperti media broadcast yang kita tahu ada yang memakai generative AI untuk pembaca berita. Tapi AI dan jurnalisme memang satu tantangan yang luar biasa dan saya kira diskusinya masih terus berlanjut. Satu bisnis model sedang dicari bagaimana mengadopsi AI dan bisa mengoptimalisasi pekerjaan jurnalistik tanpa menghasilkan misinformasi dan disinformasi,” ungkapnya.
Selain Indonesia, sebanyak 139 negara anggota UNESCO telah mengadopsi dan berkomitmen mengimplementasikan RAM AI UNESCO. Inisiatif itu memberikan dukungan bagi negara anggota UNESCO mengukur kesiapan penerapan AI secara etis dan bertanggung jawab untuk kepentingan seluruh warga negara.***