Secara geografis, Indonesia terletak di persimpangan empat lempeng tektonik utama, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Filipina. (Foto: Kementerian ESDM RI)
Jakarta, serayunusantara.com – Melansir dari laman Kementerian ESDM RI, Secara geografis, Indonesia terletak di persimpangan empat lempeng tektonik utama, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Filipina. Posisi ini menjadikan Indonesia sangat rentan terhadap aktivitas geologi seperti gempa bumi, erupsi gunung api, gerakan Tanah dan tsunami. Dalam setahun, tercatat lebih dari 800 kejadian gerakan tanah di Indonesia.
“Posisi Indonesia yang kompleks secara geografi dan aktivitas geologi berdampak terhadap luasnya kawasan rawan bencana (KRB) yang melingkupi 195,9 juta jiwa. Berdasarkan updating peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah (ZKGT), terdapat 40,9 juta jiwa terdampak. Hal ini diperlukan mitigasi dan kesiapsiagaan semua pihak dengan masuknya musim hujan saat ini,” ujar Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), P. Hadi Wijaya, Sabtu (5/10).
Mitigasi bencana geologi lanjut Hadi dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan melakukan pendidikan dan kesadaran masyarakat (kampanye dan pelatihan), membangun infrastruktur yang tahan bencana, pengelolaan resiko bencana serta peringatan dini.
“Melalui pendekatan yang terstruktur dan holistik, Indonesia dapat lebih baik dalam mengantisipasi dan menghadapi tantangan bencana geologi, sehingga mengurangi kerugian dan melindungi masyarakat,”lanjut Hadi.
Baca Juga: Kementerian ESDM Pastikan Penggunaan BBM Rendah Sulfur Bisa Tekan Emisi
Letak Indonesia yang berada di antara empat lempeng tektonik utama berdampak pada adanya 127 gunung api aktif, dengan 69 di antaranya dipantau penuh selama 24 jam oleh Badan Geologi KESDM melalui PVMBG Ini merupakan jumlah terbanyak di dunia, dan lagi-lagi kita mendapatkan ‘medali emas’ untuk hal ini,” ujar Supartoyo, Penyelidik Bumi Utama PVMBG dalam orasi ilmiahnya sebagai dosen tamu di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) pada hari yang sama.
Supartoyo juga menjelaskan bahwa sejak tahun 2000 hingga 2024, Indonesia mencatat sekitar 12-15% dari total kejadian gempa bumi di dunia. “Gempa bumi di Indonesia menyumbang sekitar 12 hingga 15% dari seluruh kejadian gempa dunia. Dalam periode tersebut, Indonesia mengalami antara 5 hingga 29 kejadian gempa bumi merusak setiap tahunnya. Gempa bumi merusak adalah gempa yang mengakibatkan korban jiwa, kerusakan lingkungan, dan kerusakan geologi permukaan,” tambahnya.
Selain gempa bumi, Indonesia juga mengalami 18 kejadian tsunami dalam 29 tahun terakhir. Sedangkan, gerakan tanah yang terjadi di Indonesia mencapai lebih dari 800 kejadian setiap tahunnya, sebagian besar dipicu oleh curah hujan tinggi, kemiringan lereng, dan litologi satuan batuan meskipun beberapa di antaranya juga disebabkan oleh gempa bumi.
“Kita memiliki sejarah tsunami dengan tinggi rendaman yang signifikan, seperti yang terjadi di Aceh. Yang menarik, sumber tsunami di Indonesia tidak hanya berasal dari zona megathrust, tetapi juga dari zona non-tektonik lainnya seperti erupsi gunung api. Sementara itu, kejadian gerakan tanah di Indonesia mencapai lebih dari 800 dalam setahun, angka yang sangat luar biasa,” ujar Supartoyo.
Baca Juga: Siapkan SDM Unggul di Sektor ESDM, Kementerian ESDM Luncurkan Human Capital Summit 2025
Terletak di zona aktif tektonik memang meningkatkan risiko bencana geologi, tetapi juga memberikan keuntungan berupa kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Oleh karena itu, keseimbangan antara pemanfaatan sumber daya alam dan pengelolaan risiko bencana menjadi sangat penting bagi Indonesia.***