Blitar, serayunusantara.com — Bukit Teletubbies yang terletak di Desa Sumberasri, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, kini menyuguhkan pemandangan yang berbeda.
Destinasi yang sempat menjadi primadona wisata di Bumi Bung Karno beberapa tahun lalu ini memang telah resmi ditutup untuk aktivitas komersial.
Namun, siapa sangka, penutupan tersebut justru mengembalikan keasrian alam yang kini tampak jauh lebih indah dan alami.
Tanpa hiruk-pikuk kerumunan wisatawan dan bangunan buatan yang mulai melapuk, perbukitan hijau yang menyerupai latar film anak-anak “Teletubbies” ini kembali menunjukkan jati dirinya
Rumput hijau yang tumbuh subur dan udara yang kian bersih tanpa polusi kendaraan pengunjung membuat kawasan ini memiliki daya tarik visual yang lebih kuat bagi pecinta ketenangan.
Yudi (34), seorang warga lokal yang kerap melintasi kawasan tersebut, mengungkapkan bahwa alam seolah mengambil alih kembali ruangnya.
“Dulu waktu masih buka memang ramai sekali, banyak sampah dan penjual. Sekarang setelah tutup, bukitnya jadi lebih hijau royo-royo. Kalau sore hari, suasananya sangat tenang, justru keindahan alaminya benar-benar keluar sekarang,” ujar Yudi saat ditemui di sekitar akses masuk bukit, Sabtu (27/12/2025).
Meski tidak lagi dikelola sebagai objek wisata resmi, beberapa pesepeda dan warga sekitar terkadang masih melintas untuk sekadar menikmati pemandangan dari kejauhan.
Baca Juga: Ribuan Pelari Meriahkan Penatarun 2025 di Sekitar Candi Penataran Blitar
Keindahan alami yang kian menarik ini seringkali diabadikan oleh fotografer alam yang mencari sudut pandang autentik tanpa gangguan ornamen wisata yang berlebihan.
Senada dengan Yudi, Riska (22), seorang mahasiswa yang gemar melakukan hiking tipis-tipis, menyukai kondisi bukit saat ini.
“Ada kesan ‘secret spot’ sekarang. Meskipun fasilitas wisatanya sudah tidak ada, tapi bagi saya yang mencari ketenangan, Bukit Teletubbies yang sekarang jauh lebih cantik untuk difoto karena benar-benar hanya ada hamparan hijau dan langit biru,” tuturnya.
Kondisi Bukit Teletubbies saat ini menjadi bukti nyata bahwa terkadang alam memerlukan jeda dari aktivitas manusia untuk memulihkan kecantikannya.
Bagi masyarakat, bukit ini tetap menjadi ikon meskipun statusnya tak lagi menjadi tempat wisata komersial. (Fis/Serayu)







