Presiden Republik Indonesia Joko Widodo didampingi Menteri ESDM Arifin Tasrif, meresmikan PLTS Terapung Cirata dengan kapasitas sebesar 192 MWp di Purwakarta, Jawa Barat, Kamis (9/11). (Foto: Kementerian ESDM RI)
Purwakarta, serayunusantara.com – Melansir dari laman Kementerian ESDM RI, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo didampingi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, Menteri BUMN Erik Thohir, Menteri Perdagangan Luar Negeri Uni Emirat Arab (UEA) Thani bin Ahmed Al Zeyoudi dan Direktur Utama PT. PLN (Persero) Darmawan Prasodjo meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata dengan kapasitas sebesar 192 MWp di Purwakarta, Jawa Barat, Kamis (9/11).
“Hari ini adalah hari yang bersejarah karena mimpi besar kita untuk membangun pembangkit energi baru terbarukan dalam skala besar bisa terlaksana. PLTS terapung paling besar di Asia Tenggara,” ujar Joko Widodo mengawali sambutannya.
Joko Widodo mengungkapkan bahwa PLTS Terapung Cirata merupakan salah satu upaya dalam mewujudkan pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) menjadi sumber energi pembangkit listrik di Indonesia. Keberadaannya yang berdampingan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Cirata juga menjadi keunikan tersendiri.
“Kita berhasil membuat PLTS Terapung terbesar di Asia Tenggara dan nomor 3 di dunia. Di Cirata ini sudah ada PLTA dengan kapasitas 1.000 MW dan ditambah PLTS terapung sebesar 192 MWp,” jelasnya.
Menambahkan Presiden, Menteri ESDM Arifin Tasrif mengungkapkan bahwa proyek PLTS Terapung Cirata akan menjadi etalase percepatan transisi energi dalam mendukung pencapaian menuju Net Zero Emission (NZE). PLTS tersebut akan memberikan kontribusi terhadap NZE sebesar 245 GWh per tahun dan mengurangi emisi sebesar 214.000 ton per tahun.
Baca Juga: Ini Strategi Percepatan Transisi Energi Kementerian ESDM
“Kapasitas PLTS Terapung Cirata masih bisa dikembangkan lebih besar lagi, dengan total potensi maksimum mencapai sekitar 1,2 GWp apabila memanfaatkan 20% dari luas total waduk Cirata,” tuturnya.
Arifin menuturkan, pengembangan pembangkit solar PV skala besar ini bisa menjadi daya tarik industri untuk membuat bahan baku solar PV. “Harapannya, nanti bahan baku ke depan bisa dikembangkan di indonesia supaya TKDN-nya bisa full,” ungkapnya.
PLTS Terapung Cirata adalah hasil kolaborasi dua negara yakni Indonesia dan Uni Emirat Arab (UEA), yang melibatkan subholding PLN Nusantara Power dengan Masdar dari UEA. Untuk mendorong pengembangan PLTS Terapung di Indonesia diperlukan sinergi antar semua pihak. Kerja sama dengan mitra internasional menjadi penting agar dapat membuka akses terhadap pendanaan energi bersih dan proven technology.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Perdagangan Luar Negeri UEA Thani bin Ahmed Al Zeyoudi menyampaikan selamat atas beroperasinya PLTS Terapung Cirata dan berharap antara Indonesia dan UEA bisa melanjutkan kolaborasi yang semakin solid ke depan.
“Proyek solar terapung Cirata merupakan tonggak sejarah bagi UEA untuk Indonesia dan Asia Tenggara karena menjadi PLTS Terapung terbesar di Asia Tenggara dan membuka potensi energi bersih Indonesia yang luar biasa besar,” imbuh Thani.
Baca Juga: Kementerian ESDM Gandeng JCCP Gelar Workshop Dekarbonisasi
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN telah merencanakan pembangunan PLTS sejak 2021. Dia menjelaskan bahwa PLTS Terapung Cirata merupakan PSN yang memasok energi bersih untuk sistem kelistrikan wilayah Jawa Bali.
“PLTS Terapung Cirata menjadi etalase kerja sama global mewujudlan peurunan emisi dalam percepatan transisi energi menuju Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060,” paparnya.
Menambahkan, Chief Executive Officer Masdar, Mohamed Jameel Al Ramahi menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh stakeholder terkait atas dukungannya sehingga PLTS Terapung Cirata dapat beroperasi. “Kami sangat senang bahwa pengembangan pembangkit listrik tenaga surya terapung pertama kami dengan PLN telah beroperasi penuh dan mendukung tujuan energi terbarukan di Indonesia,” tandasnya.
Showcase PLTS Terapung di Indonesia
Hadirnya PLTS Terapung skala besar di Indonesia diharapkan akan meningkatkan kepercayaan investor serta mendorong inovasi teknologi sebagai solusi keterbatasan lahan dalam pengembangan energi surya, dimana Indonesia memiliki potensi PLTS Terapung yang sangat besar.
PLTS Terapung ini juga bisa menjadi showcase dalam mengoptimalkan potensi PLTS terapung pada waduk dan bendungan lainnya di Indonesia, dengan potensi sebesar 89,36 GW di 295 lokasi. Dari total potensi PLTS Terapung tersebut, terdiri dari PLTS terapung di danau sebesar 74,67 GW di 36 lokasi dan PLTS terapung di bendungan sebesar 14,7 GW di 259 lokasi.
Baca Juga: Kementerian ESDM Latih Pelaku Industri Tanzania Majukan Sektor Pertambangan
Sedangkan potensi PLTA di bendungan tercatat sebesar 567,4 MW yang terdiri dari 557,3 MW (59 Bendungan) tercantum di RUPTL 2021-2030 dan 10,8MW (8 Bendungan) diluar RUPTL. Di samping itu juga terdapat rencana pembangunan pump storage sebesar 4,2 GW pada tahun 2030.
Dalam pengerjaannya, proyek PLTS Terapung Cirata melibatkan pekerja dari warga sekitar sebanyak kurang lebih 1.400 pekerja dari komunitas lokal sekitar proyek dan UMKM sekitar. Selain itu, melalui inovasi teknologi tinggi mampu mengatasi kedalaman waduk menantang 80-100 meter, kemiringan 5-20 derajat, variasi level elevasi air waduk hingga 15 meter, dan penggunaan special design untuk anchoring dan mooring dengan dasar waduk yang berlumpur.
Dari sisi tarif, tarif PLTS Terapung Cirata yang sangat kompetitif sebesar USD 5,8 cent/kWh, diharapkan akan menurunkan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) tenaga listrik dan membuat PLN lebih mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap subsisdi/ kompensasi. Pembangkit ini juga membantu masyarakat mendapatkan pasokan listrik yang lebih hijau. Bahkan membuka kesempatan kepada masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam pengembangan energi hijau baik dengan Renewable Energy Certificate (REC) maupun perdagangan karbon.***