Soal Perseteruan Wali Santri dengan Pihak Ponpes di Blitar, Begini Klarifikasi Pengasuh

Ponpes Mambaus Sholihin 2 Blitar. (Foto: IST)

Blitar, serayunusantara.com – Berita mengenai tuduhan terhadap pengurus pondok pesantren (Ponpes) Mambaus Sholihin 2 Blitar yang diduga melakukan tindakan tidak manusiawi dengan membuang barang-barang milik santriwati yang telah selesai mondok usai acara Purnawiyata (wisuda) pada Minggu, 23 Juni 2024, pagi hanya kesalahpahaman dan bukan tindakan dari pengurus pondok.

Sebab, menurut pengasuh ponpes tersebut, kejadian ini sebenarnya adalah akibat dari wali santriwati sendiri yang tergesa-gesa mengambil barang-barang milik anaknya, sehingga menjadi tidak beraturan. Padahal pihak ponpes sudah menghimbau sejak jauh hari untuk mengemas barang milik santri.

Sedangkan tuduhan yang dilontarkan terhadap pengasuh ponpes menjelaskan bahwa tidak ada niatan buruk dari pihak mereka. Hanya dipindah ke bawah ruangan agar wali santri mudah mengambilnya, dan lebih aman yakni karena area asrama. Selain itu, ruangan akan dibersihkan dan disiapkan untuk kegiatan berikutnya.

Sebelumnya, santriwati yang merasa barang-barangnya dibuang tanpa pemberitahuan merasa kecewa dan marah. Beberapa di antaranya bahkan membagikan pengalaman mereka di media sosial, yang kemudian viral dan menarik perhatian banyak pihak. Beberapa netizen mengecam tindakan pengurus ponpes, sementara yang lain berusaha mencari tahu kebenaran di balik kejadian tersebut.

Baca Juga: Wali Santri Keluhkan Perlakuan Tidak Manusiawi Pengurus Ponpes di Blitar Usai Wisuda

Gerbang utama Ponpes Mambaus Sholihin 2 Blitar. (Foto: Achmad Zunaidi/Serayu Nusantara)

Menanggapi hal ini, pengasuh ponpes berjanji akan lebih berhati-hati dalam berkomunikasi dengan santri dan keluarganya di masa depan. Pihak ponpes menegaskan komitmen mereka untuk menjaga kenyamanan dan kesejahteraan para santri, serta menghindari terulangnya kesalahpahaman serupa di kemudian hari. Mereka berharap bahwa klarifikasi ini dapat meredakan ketegangan atas kesalahpahaman.

“Di dalam pondok itu ada aturan yang harus di taati. Dan itu sudah berlangsung 20 tahun. Makanya, sebelum kepulangan pastinya pihak pengurus sudah memberitahu satu Minggu sebelum kepulangan,”

“Waktu itu karena kesibukan acara Purnawiyata (wisuda) sejak subuh di lantai empat barang-barang milik santriwati diturunkan. Mengingat, tangganya terlalu sempit,”

“Selain itu, memang saat itu barang-barang milik santriwati dalam keadaan berserakan. Sehingga, pengurus mengemas dan membawa keluar untuk mempermudah pengambilan,”

“Bayangkan, bagaimana kalau ruang seperti ini di huni oleh 50 santri, apa tidak kacau kalau bersamaan. Makanya dengan pengurus ditertibkan supaya tidak ada barang yang tertinggal,” ungkap Muhamad Al-Amin selaku pengasuh Ponpes Mambaus Sholihin 2 Blitar, Kamis (28/6/2024) saat menghadiri undangan Ketua KONI Kabupaten Blitar, Toni Andreas, di Kantornya, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar.

(paling kiri) Tony Andreas, tokoh yang menginisiasi soal klarifikasi kejadian di Ponpes Mambaus Sholihin 2 Blitar bersama Muhamad Al-Amin (dua dari kiri) bersama jajaran KONI Kabupaten Blitar dan awak media serayunusantara.com saat di Kantor KONI Kabupaten Blitar, Kamis, 26 Juni 2024. (Foto : Achmad Zunaidi/Serayu Nusantara)

Lebih Lanjut Al-Amin menegaskan bahwa kejadian tersebut bukan dipicu oleh ketidaksukaan terhadap santriwati yang tidak melanjutkan mondok. Menurutnya, semua santriwati, baik yang masih mondok maupun yang sudah selesai, tetap dianggap sebagai bagian dari keluarga besar Ponpes Mambaus Sholihin 2.

Tambahnya, pesantren selalu berusaha menjaga hubungan baik dengan seluruh santri dan alumni, serta memberikan dukungan kepada mereka dalam berbagai situasi. Ia juga menegaskan bahwa semua santri mendapat perlakuan yang sama tanpa memandang status mereka, sehingga tidak ada diskriminasi atau perlakuan berbeda. Pesantren berkomitmen untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan harmonis bagi semua anggotanya

“Disini tidak ada mantan, yang ada alumni meskipun mondok sehari saja. Hubungan baik tetap kita jaga, meski santriwan maupun santriwati sudah tidak mondok lagi. Karena ada Himpunan Alumni Mambaus Sholihin (Himam) yang bertugas menjaga ukuwah,” tukas Al-Amin. (jun)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *