Blitar, serayunusantara.com – Stasiun Blitar masih menjadi salah satu simpul transportasi utama di wilayah Blitar Raya, dengan arus penumpang yang cukup tinggi setiap harinya.
Baik pelajar, pekerja, maupun wisatawan memanfaatkan moda kereta api karena dinilai lebih cepat, ekonomis, dan nyaman dibandingkan transportasi darat lainnya.
Stasiun Blitar yang sudah berusia lebih dari satu abad ini juga memiliki nilai sejarah tersendiri.
Selain menjadi pintu masuk wisatawan menuju berbagai destinasi lokal seperti Makam Bung Karno, Candi Penataran, dan Perpustakaan Bung Karno, stasiun ini menjadi landmark kota yang ikonik.
Baca Juga: Candi Penataran, Kompleks Candi Terbesar di Jawa Timur Tetap Jadi Magnet Wisata Sejarah Blitar
Pada jam-jam sibuk, lonjakan penumpang terjadi terutama pada keberangkatan pagi dan sore. Banyak warga Blitar yang bekerja di Malang dan Surabaya bergantung pada transportasi kereta komuter dan ekonomi.
Salah satu penumpang, Lely (28), menyampaikan alasannya memilih kereta: “Lebih nyaman, lebih cepat, dan harganya masih terjangkau. Saya sering PP Blitar–Malang untuk kerja, dan kereta sangat membantu,” ujarnya.
PT KAI juga terus melakukan perawatan fasilitas, mulai dari ruang tunggu, akses difabel, hingga area pembelian tiket. Selain itu, sistem pemesanan daring melalui aplikasi resmi kereta api turut memudahkan masyarakat.
Keberadaan stasiun ini membuktikan bahwa peran kereta api masih relevan sebagai urat nadi transportasi di Blitar.
Selain menjaga konektivitas kota dengan daerah lain, Stasiun Blitar menjadi simbol historis perjalanan waktu dan mobilitas masyarakat yang terus hidup hingga kini. (Fis/Serayu)







