Wamenlu RI Buka Dialog Lintas Agama dengan Austria

Wakil Menteri Luar Negeri, Pahala Nugraha Mansury saat menjadi Keynote Speech membuka the 8th Indonesia-Austria Interfaith and Intercultural Dialogue (IAIID-8) di Bandung. (Foto: Kemenlu RI)

​Bandung, serayunusantara.com – Melansir dari laman Kemenlu RI, “Hanya dengan toleransi, solidaritas, dan mengatasi perbedaan, kita akan mampu menghadapi tantangan dan mencapai pembangunan berkelanjutan bagi semua”  demikian disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri, Pahala Nugraha Mansury dalam Keynote Speech membuka the 8th Indonesia-Austria Interfaith and Intercultural Dialogue (IAIID-8) di Bandung (8/7).

Forum yang dielsenggarakan dalam rangka memperingati 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Austria tersebut mengusung tema “Navigating the Challenges in Diverse and Modern Society”.

Membuka pidatonya, Wamenlu Pahala menyampaikan dalam pembukaan Konferensi Asia-Afrika (KAA) yang juga diselenggarakan di Bandung pada tahun 1955, Presiden Soekarno juga menyampaikan pesan terkait pluralisme: yaitu bahwa KAA diselenggarakan untuk menunjukkan pada dunia bahwa semua orang dapat hidup berdampingan dan berkontribusi pada persoalan bersama.

Wamenlu Pahala sampaikan tiga tantangan besar yang tengah dihadapi dunia saat ini.
Pertama, fragmentasi dan perpecahan. Akhir-akhir ini terdapat perpecahan geopolitik negara-negara, yang juga dirasakan dampaknya secara ekonomi. Fragmentasi ini juga terjadi di dalam masyarakat, di mana semakin tinggi kemajemukan, toleransi menjadi semakin rendah.
Kedua, perubahan demografi. Di mana populasi dunia semakin meningkat, khususnya di negara-negara berkembang. Selain itu, migrasi juga meningkat dengan lebih dari 281 juga migran di dunia pada tahun 2024.
Ketiga, transformasi dan kesenjangan digital. Perkembangan teknologi digital begitu pesat, dan memberikan dampak positif, termasuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran. Namun demikian, masih terdapat ketimpangan, di mana sepertiga orang di dunia belum menikmati akses internet. Selain itu, penggunaan teknologi digital juga sebabkan tingginya intoleransi, maraknya hate speech, fake news, dan misinformasi.
Tantangan-tantangan tersebut semakin meningkatkan kesenjangan dan disparitas antar negara dan masyarakat, serta menyulitkan pemecahan masalah global, termasuk perubahan iklim dan pencapaian SDGs.
Selanjutnya, Wamenlu Pahala menegaskan perlunya dua pendekatan dalam mengatasi tantangan ini.
Satu, pengarusutamaan nilai toleransi dan solidaritas. Nilai ini terkandung dalam semua ajaran agama, kepercayaan, dan budaya, serta harus diterapkan seluas-luasnya. Dalam konteks hubungan antar negara, hal ini berarti semua negara harus menghormati hal satu sama lain, termasuk hak untuk membangun (right to development).
Dalam konteks hubungan bermasyarakat, ini berarti penghormatan terhadap semua agama, kepercayaan, dan budaya. Dalam hal ini, Indonesia memiliki pengalaman sebagai negara yang kaya keragaman, dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Selain itu, solidaritas juga perlu ditanamkan, termasuk dalam penanganan perubahan iklim dan memastikan pencapaian SDGs bagi semua.
Dua, mengatasi ujaran kebencian dan misinformasi. Ujaran kebencian dan misinformasi dapat memperlemah kohesi sosial, menggerus nilai-nilai luhur bersama, serta kadang dapat menimbulkan kekerasan. Hal ini harus diatasi dengan menyebarkan pesan-pesan perdamaian dan pencapaian kemakmuran bersama.
Dalam hal ini, peran pemuka agama dan masyarakat sangat penting guna mendorong dan memelihara kesepahaman antar agama dan budaya melalui dialog.
Menutup pidatonya, Wamenlu Pahala sampaikan harapan agar dialog lintas agama Indonesia – Austria dapat berkontribusi dalam meningkatkan toleransi dan solidaritas guna menghadapi tantangan global.
IAIID-8 dihadiri oleh lebih dari 60 peserta, dari kalangan pemerintah, pemuka agama, pakar, dan akademisi dari Indonesia dan Austria.
Delegasi Austria dipimpin Amb. Christoph Thun-Hohenstein, Director General for International Cultural Relations, Kementerian Luar Negeri Austria, yang menyampaikan pentingnya membangun narasi baru dan solusi kreatif untuk menjawab tantangan masyarakat.
IAIID-8 juga menghadirkan 3 panel diskusi yang menyoroti pentingnya strategi dan pendekatan efektif semua pihak dalam menghadapi tantangan di era modern, antara lain: globalisasi dan digitalisasi; upaya mengembalikan esensi budaya toleransi; dan penguatan komitmen bersama merawat perdamaian.​***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *