Kediri, serayunusantara.com — Sungai Brantas yang melintasi wilayah Kediri tidak hanya menjadi sumber kehidupan dan irigasi, tetapi juga menyimpan risiko besar bagi keselamatan jiwa.
Menyusul terjadinya beberapa insiden kecelakaan air di wilayah Mojo dan sekitarnya, para ahli keselamatan air dan tim SAR mengimbau warga untuk meningkatkan kewaspadaan ekstra.
Permukaan air yang tampak tenang seringkali menipu, menyembunyikan arus bawah yang mematikan dan palung sungai yang dalam.
Guna mencegah terulangnya tragedi tenggelamnya warga, berikut adalah panduan keselamatan krusial yang wajib dipatuhi saat beraktivitas di bantaran Sungai Brantas:
Pahami Fenomena “Arus Tenang Menghanyutkan”: Jangan terkecoh oleh permukaan air yang flat.
Sungai Brantas memiliki kontur dasar yang tidak rata akibat aktivitas alam maupun sisa penambangan pasir, yang menciptakan pusaran bawah air (undercurrent) yang sangat kuat.
Baca Juga: Tragedi di Arus Brantas: Seorang Pemuda Hilang Tenggelam di Mojo Kediri, Begini Kronologinya
Gunakan Pelampung atau Alat Bantu: Jika aktivitas mengharuskan Anda berada di dekat air (seperti memancing atau menyeberang), selalu gunakan pelampung atau pastikan ada tali pengaman yang terikat di daratan.
Hindari Aktivitas Saat Mendung di Hulu: Meskipun di Kediri cuaca cerah, jika di wilayah hulu (Malang/Blitar) sedang hujan deras, debit air Brantas bisa meningkat secara mendadak (banjir kiriman) yang disertai material kayu atau sampah.
Jangan Berenang Sendirian: Selalu pastikan ada orang lain yang mengawasi dari daratan.
Jika melihat seseorang tenggelam, jangan langsung melompat jika Anda tidak terlatih; gunakan galah, tali, atau jerigen kosong untuk membantu korban.
Perhatikan Batas Aman: Jauhi area tebing sungai yang curam dan tanahnya labil, karena risiko longsoran tanah ke dalam sungai sangat tinggi di beberapa titik di wilayah Mojo dan Kota Kediri.
Nanang (52), seorang relawan penyelamat air senior di Kediri, menekankan bahwa insting harus selalu selaras dengan logika.
Menurutnya, seringkali korban merasa sudah hafal medan karena setiap hari ke sungai. Padahal, arus sungai itu dinamis, bisa berubah setiap jam.
“Kalau kaki sudah merasa tersedot pasir di dasar, segera kembali ke pinggir, jangan diteruskan,” pesannya saat ditemui di pos pemantauan sungai, Senin (29/12/2025).
Sementara itu, pihak kepolisian setempat juga terus memasang papan imbauan di titik-titik rawan.
Masyarakat diharapkan tidak hanya menganggap papan tersebut sebagai hiasan, melainkan sebagai peringatan serius demi keselamatan bersama.
“Nyawa tidak bisa diganti, mari kita cintai sungai kita dengan tetap waspada dan tidak meremehkan kekuatannya,” pungkas Nanang. (Fis/Serayu)







