Dari Petani Desa Biasa, Begini Kisah Nurrohmat Hingga Jadi Pengusaha Kopi Terkemuka

Nurrohmat (29), petani sukses asal Desa Ampelgading, Kecamatan Selorejo, Kabupaten Blitar. (Foto: Reyda Hafis/Serayu Nusantara)

Blitar, serayunusantara.com – Nurrohmat (29) merupakan salah satu petani sekaligus pengusaha kopi binaan DKPP Kabupaten Blitar yang sukses di Desa Ampelgading, Kecamatan Selorejo.

Awalnya, Nurrohmat sama dengan petani di ampelgading lainnya, yang memilih pekerjaan sebagai petani kopi karena sudah menjadi tradisi turun-temurun keluarga. Meski demikian, ia memiliki tekad yang berbeda.

“Saya melihat bahwa potensi kopi sangat besar, diluar kan banyak yang menjual kopi dengan harga mahal, satu cangkir bisa mencapai 50 ribu. Sedangkan hal tersebut tidak selaras dengan yang didapatkan petani,” kata Nurrohmat, Selasa,7 Mei 2024.

Ia mengungkapkan bahwa pada tahun 2017 kemarin, harga kopi dari petani kisaran 18 ribu rupiah perkilogram.

Nurrohmat juga menceritakan, bagaimana pihaknya bisa mendapatkan bantuan dan pendampingan secara intensif dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Blitar.

“Awalnya dulu saya ikut di Workshop Literasi Kopi yang diadakan oleh Perpustakaan Bung Karno tahun 2020. Kemudian bertemu dengan teman-teman dari Dinas, setelah itu saya bercerita bahwa blitar memiliki potensi kopi yang besar,” ujar Nurrohmat.

Baca Juga: Komitmen Tingkatkan Produksi Kopi, DKPP Kabupaten Blitar Akan Salurkan Benih Gratis untuk Petani

Lebih lanjut, Nurrohmat menjelaskan bahwa setelah perjumpaan tersebut, pihak DKPP Kabupaten Blitar turun langsung ke Desa Ampelgading untuk melihat situasi dan kemudian berlanjut sampai hari ini.

Sebelumnya, ia mengaku sudah menjadi petani kopi, tapi belum dikembangkan. Petani masih menjual hasil kebunnya kepada tengkulak, tidak langsung menjangkau konsumen. Sehingga harga yang di dapat relatif murah.

“Setelah mengenal pihak dinas, kami langsung mendapat bantuan berupa pembenihan kopi arabika sebanyak 80 ribu benih waktu itu. Pihak dinas juga memberikan pendampingan setelahnya,” ungkapnya.

Setelah mengenal dan mendapatkan pendampingan yang intensif dari pihak DKPP, Nurrohmat berhasil menerbitkan produk kopi buatannya yang diberi nama Pawone Kopi.

“Dulu petani disini tidak mengenal yang istilah kopi premium, hanya tau kopi asalan yang dijual ke tengkulak. Kopi premium itu memiliki pasar yang jauh lebih luas, saya mengenalkan itu pada temen-temen disini, jadi ada nilai tambah untuk petani disini,” kata dia.

Nurrohmat mengaku bahwa ia mengawali semuanya sendirian, akan tetapi setelah ia menceritakan potensi kopi kepada pemuda di daerahnya, akhirnya banyak yang mengikuti dan belajar darinya.

Baca Juga: Komitmen Tingkatkan Produksi Kopi, DKPP Kabupaten Blitar Akan Salurkan Benih Gratis untuk Petani

Terakhir, ia menjelaskan bahwa pertanian kopi di bumi penataran ini sudah cukup baik. Tapi, kita masih butuh branding bahwa di Kabupaten Blitar juga memiliki kopi khas dari varietas robusta, arabika, maupun yang lainnya.

“Kebanyakan teman-teman yang dari luar sana, belum banyak yang mengenal kopi dari Kabupaten Blitar,” ujar Nurrohmat.

Tanaman kopi yang dibudidayakan oleh Nurrohmat (29), petani sukses asal Desa Ampelgading, Kecamatan Selorejo, Kabupaten Blitar. (Foto: Reyda Hafis/Serayu Nusantara)

Perlu diketahui, Nurrohmat adalah petani kopi muda yang produktif dan inspiratif. Ia telah mengikuti event-event kopi di berbagai kota di Jawa Timur.

Selain mengikuti event, ia juga menggagas event di daerahnya yang dinamai ‘Petik Kopi Gadingrejo’ yang merupakan simbolis bentuk syukurnya atas apa yang diberikan alam. Acara tersebut akhirnya menjadi agenda tahunan setiap bulan Agustus. (adv)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *