Blitar, serayunusantara.com – Kepala Bidang (Kabid) Perkebunan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Blitar, Lukas Supriyatno memaparkan kondisi kopi di Bumi Penataran. Paparan tersebut disampaikan di kantornya, Jumat, 28 Juni 2024.
Lukas mengatakan, kopi merupakan komoditas potensial yang berada di wilayah Kabupaten Blitar. Oleh sebab itu, pemerintah dan petani harus bersinergi mengembangkan potensi itu.
“Kopi ini merupakan salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Blitar. Jadi bagaimana caranya komoditas dan kualitasnya tinggi dan tetap terjaga,” kata Lukas.
Lukas juga menjelaskan, di Kabupaten Blitar ada jenis kopi yang ditanam oleh petani, yaitu kopi arabika dan robusta. Dua jenis itu bisa ditemui di beberapa tempat dengan ketinggian tertentu.
“Untuk kopi memang penanamannya berdasarkan ketinggian. Kalau robusta rata-rata ditanam di ketinggian di bawah 800 Mdpl. Sedangkan arabika untuk dataran yang lebih tinggi dari angka tersebut. Idealnya sekitar 1200 Mdpl,” ujarnya.
Menurutnya, karena mayoritas wilayah Kabupaten Blitar berada di dataran rendah, maka jenis kopi yang sering ditemui adalah robusta.
“Arabika memang ada, namun jumlahnya belum banyak. Untuk saat ini banyak ditemui di wilayah Doko, dan Selorejo yang berada di lereng Gunung Kawi,” imbuhnya.
Untuk mengembangkan kopi jenis arabika, pihaknya terbuka untuk menggandeng pihak tertentu, misalnya Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) dan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka).
“Selain itu saat ini kami juga terus bekerjasama dengan temen-temen yang ada di Asosiasi Kopi Indonesia (Aski) Blitar Raya untuk membina dan memberikan edukasi kepada petani,” tambahnya.
Baca Juga: DKPP Kabupaten Blitar Punya Cara Tingkatkan Harga Kopi dan Kenalkan ke Pihak Luar
Lebih lanjut, Ia juga menyampaikan bahwa beberapa produk kopi olahan dari Kabupaten Blitar sudah mencapai pasar nasional. Hal tersebut disebabkan oleh pendampingan dan komitmennya bersama petani kopi.
“Selain pelatihan, kami juga telah menyalurkan bantuan berupa bibit, dan alat sangrai untuk pengolahan biji kopi. Sehingga kopi yang dijual memiliki kualitas dan rasa yang sama,” kata Lukas.
Terakhir, pihaknya berharap agar petani kopi terus dapat mengembangkan kualitas dan hasil kebunnya. Ia juga berharap para petani dapat memanfaatkan bantuan dan pelatihan sebaik-baiknya. (adv)