17 Negara Sehaluan Pelajari Praktik Berkelanjutan Kelapa Sawit Indonesia di Riau

Kegiatan Pelatihan Peningkatan Kapasitas untuk Pengelolaan Komoditas Berkelanjutan Berbasis Pertanian Rakyat untuk Negara Sehaluan (Like-Minded Countries – LMCs) di Bogor dan Riau. (Foto: Kemenlu RI)

​Bogor, serayunusantara.com – Melansir dari laman Kemenlu RI, Kegiatan Pelatihan Peningkatan Kapasitas untuk Pengelolaan Komoditas Berkelanjutan Berbasis Pertanian Rakyat untuk Negara Sehaluan (Like-Minded Countries – LMCs) telah sukses dilaksanakan di Bogor dan Riau (22/6 – 2/7). Pelatihan ini adalah hasil kerja sama antara Kementerian Luar Negeri RI, Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Lembaga Dana Kerja Sama Pembangunan Indonesia (LDKPI).

​​​​Para peserta berkesempatan mengunjungi perkebunan kelapa sawit di Siak, Riau yang dikelola oleh petani rakyat. Perkebunan tersebut menggunakan praktik perkebunan berkelanjutan, dimana 80 petani sudah telah tersertifikasi ISPO. Selain itu, perkebunan yang dikunjungi mengedepankan kearifan lokal dan konservasi hutan dalam pengelolaan kebun, contohnya dengan menggunakan bio pestisida dan pupuk organik. Perkebunan yang dikunjungi selama ini juga telah melakukan praktik keterlacakan dengan metode Polygon Mapping. ​

Para peserta tersebut juga menghadiri jamuan makan malam oleh Pemerintah Provinsi Riau di Bale Serindit di Pekanbaru. Kegiatan menampilkan tarian tradisional penyambutan Joget Sonde, musik khas Melayu, serta makanan khas Provinsi Riau.

Staf Ahli bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Kemlu RI, Duta Besar Adam M. Tugio, yang mewakili Kemenlu dalam acara tersebut berharap peserta dapat belajar praktik terbaik dari perkebunan kelapa sawit di Riau terutama pada aspek keberlanjutan dan kontribusi petani rakyat terhadap industri kelapa sawit.

“Harapannya kunjungan ini memberikan pelajaran dan manfaat bagi peserta yang dapat dibawa kembali ke negara masing-masing”, pungkasnya. ​

Baca Juga: Temui Menag, Wamenlu Bahas Rencana Kedatangan Grand Syeikh Al Azhar

Asisten III Sekretariat Daerah Provinsi Riau Elly Wardhani dalam sambutannya sampaikan pelaku usaha dan petani rakyat telah berusaha keras untuk memenuhi sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO), dan berkomitmen agar semua komoditas perkebunan di Riau menggunakan praktik ramah lingkungan dan berkelanjutan.

“Harapannya ke depan kita sesama negara sehaluan dapat saling mendukung dalam praktikpraktik Perkebunan yang berkelanjutan berbasis pada pertanian rakyat”, pungkasnya. ​

Sebelumnya, para peserta telah mengikuti sesi in-class di Bogor dengan topik-topik yang meliputi hambatan, tantangan, dan peluang di sektor kelapa sawit; lessons learned dari proses sertifikasi ISPO dan keberlanjutan; dan praktik-praktik baik dalam perkebunan kelapa sawit berkelanjutan. Para peserta juga melakukan diskusi mengenai praktik agrikultur yang baik dan berkelanjutan dari masing-masing negara peserta.

Ditya Agung Nurdianto, Direktur Perdagangan, Perindustrian, Komoditas, dan Kekayaan Intelektual Kemlu RI, pada paparannya sampaikan bahwa tren perdagangan dan keberlanjutan di pasar global saat ini menunjukkan regulasi perlindungan lingkungan menghambat alur perdagangan komoditas pertanian dan makanan.

“Indonesia selalu perjuangkan komoditas kelapa sawit Indonesia yang berkelanjutan melalui diplomasi dan norm-setting di berbagai forum multilateral. Indonesia juga selalu berkomitmen pada praktik pertanian berkelanjutan”, pungkasnya.

Baca Juga: KJRI Hong Kong Gali Potensi Kerja Sama Pendidikan dengan HK Metropolitan University

Pelatihan ini merupakan kerja sama antara Kemlu RI dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Lembaga Dana Kerja Sama Pembangunan Internasional (LDKPI), sebagai komitmen Indonesia dalam pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).​

Pelatihan yang akan berlangsung selama 5 tahun ke depan ini berfokus pada aspek pengelolaan berbagai komoditas perkebunan oleh petani rakyat dengan praktik berkelanjutan, dimana petani rakyat berkontribusi langsung pada pencapaian (SDGs), khususnya SDG 1 (No Poverty) dan SDG 2 (Zero Hunger).​

Selain itu, penting untuk mengupayakan integrasi petani rakyat dalam global value chain komoditas perkebunan melalui kebijakan pemerintah, guna meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan mereka. Hal ini sejalan dengan upaya pencapaian SDG 8 (Decent Work and Economic Growth) dan SDG 10 (Reduced Inequalities). Menurut data FAO, sekitar 600 juta petani rakyat di dunia memasok sepertiga pangan global.

Para peserta sampaikan bahwa pelatihan ini sangat bermanfaat dan menginspirasi untuk mencari gagasan dan solusi terkait pertanian berkelanjutan. Pelatihan ini penting dalam upaya membangun unified front dalam upaya pembangunan, serta memperkuat kerja sama negaranegara berkembang.

Diharapkan melalui pelatihan ini, para peserta dapat kembali ke negaranya dengan membawa ide dan ilmu yang dapat diimplementasikan di negara masing-masing terkait praktik perkebunan berkelanjutan. Selain itu, diharapkan juga pelatihan ini dapat meningkatkan kerja sama dan kolaborasi antara Indonesia dan negara-negara peserta.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *